Selasa, 19 Januari 2021

Reproduksi Zigomycota

 Zigomycota

Sebelum kita membahas mengenai reproduksi dari Divisi Zigomycota, kita ulas kembali ciri-ciri Zigomycota:
  • multiseluler
  • hifanya tidak bersekat/asepta; sering juga disebut hifa banyak inti/senositik
  • tubuhnya berupa kapang, tidak memiliki kemampuan membentuk tubuh buah
  • menghasilkan sporangiospora pada reproduksi aseksualnya
  • menghasilkan zigospora pada reproduki seksualnya
Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat menemukan jamur tempe sebagai contoh dari Divisi Zigomycota, jamur tempe dapat berupa Rhizopus oryzae atau Rhizopus oligosporus. Oleh karena itu kita akan mempelajari reproduksi divisi ini melalui reproduksi spesies ini.

Perhatikan 

Kalian bisa mengakses Video di atas secara langsung di you tube dengan klik ini.

Nah, berdasarkan tayangan di atas kita bisa gambarkan reproduksi Zygomycota sebagai berikut:
Siklus Hidup Zigomycota
Kita mulai dari reproduksi aseksual Zigomycota yang ditunjukkan oleh label bernomor 9.

Reproduksi Aseksual Zigomycota

  1. Spora aseksual (sporangiospora) yang mendapatkan lingkungan baik (substrat dengan bahan organik dan kelembaban cukup) akan mengalami germinasi atau perkecambahan.
  2. Perkecambahan spora membentuk hifa.
  3. Hifa terus membelah dan bertumbuh menjadi miselium (kumpulan hifa).
  4. Miselium yang dewasa akan menumbuhkan sporangiofor dengan ujung membentuk sporangium yang mengandung bakal sporangiospora.
  5. Bakal sporangiospora ini yang kemudian membelah mitosis berkali-kali menghasilkan sporangiospora dalam jumlah banyak.
  6. Sporangium yang matang akan pecah, kemudian melepaskan sporangiospora ke lingkungan.
  7. Siklus kembali berputar, dengan catatan : lingkungannya baik.
Lalu bagaimana jika lingkungan berubah menjadi buruk, yakni tidak tersedia lagi cukup makanan dan kelembaban?
Pada kondisi ini Zigomycota akan meregulasi untuk bereproduksi secara seksual, berikut penjelasannya:

Reproduksi Seksual Zigomycota

  1. Ketika lingkungan memburuk, maka miselium dewasa akan memasuki tahapan Mating Hifa, yaitu hifa akan berpasangan dengan hifa jenis lainnya. (label 8 pada gambar siklus hidup di atas)
  2. Hifa ini mengeluarkan feromon sebagai sinyal kimia untuk menemukan pasangannya.
  3. Masing-masing hifa pun membentuk tonjolan yang bertumbuh mendekati pasangannya. (label 1 pada gambar siklus hidup di atas) 
  4. Kedua ujung tonjolan tersebut masing-masing membentuk gametangia (sel kelamin) dengan inti haploid lebih dari satu.(label 2 pada gambar siklus hidup di atas) 
  5. Gametangia beda jenis ini kemudia bertemu dan mengalami plasmogami, sehingga dari dua sel gametangia terbentuk satu sel zigosporangium muda yang berinti haploid banyak / heterokariotik. (label 3 pada gambar siklus hidup di atas) 
  6. Zigosporangium ini menumbuhkan dinding sel yang tebal sebagai perlindungan dari lingkungan yang buruk. (label 4 pada gambar siklus hidup di atas) 
  7. Ketika lingkungan membaik dalam zigosporangium terjadi Kariogami [peleburan inti haploid (n) beda jenis membentuk inti diploid(2n)] (label 5 pada gambar siklus hidup di atas) 
  8. Setelah itu terjadi Meiosis yang membentuk zigospora dengan sifat haploid.
  9. Terakhir zigospora dalam zigosporangium ini mengalami germinasi/perkecambahan menumbukan sporangiospora dengan ujung sporangium. Dengan kondisi lingkungan yang baik sporangium nantinya matang dan akan melepas sporangiospora ke lingkungan untuk kembali bereproduksi secara aseksual.(label 6 pada gambar siklus hidup di atas) 
Dengan demikian siklus reproduksi ini dipengaruhi kondisi lingkungannya.
Nah, bagaimana anak-anak, apakah sudah lebih paham? 
Dengan memahami ini dapatkah kalian pikirkan bagaimana cara mencegah roti berjamur???
Coba tulis jawabannya di kolom komentar ya...
Dan sampai bertemu di artikel berikutnya.

0 komentar:

Posting Komentar