Guru Asyik

Ngajarnya Asyik Belajar Makin Asyik.

Mentoring Diet Online Mrs.Ticha

Mentoring Diet Berbasis Hypnoteraphy.

SAGUSABLOG (Satu Guru Satu Blog)

Kegiatan yang diprakarsai oleh IKatan Guru Indonesia dalam rangka meningkatkan keterampilan penguasaan teknologi guru berbasis blog.

Minggu, 06 November 2022

Materi Kelas Pendalaman Biologi Mrs.Ticha

 Pertemuan 2 

Hello guys,
kita lanjut ke sistem klasifikasi ya!
Check this out!
😘

Materi Kelas Online Pendalaman Biologi Mrs.Ticha

 Kelon PeBio Pertemuan 1



Hai guys 😀, 
Happy Weekend,
Belajar lagi yuk materi Kelas Online Pendalaman Biologi lalu (30 Oktober 2022)
Selamat Membaca ya !
See You at next Kelon Pebio!👋👋

Jumat, 15 Juli 2022

Selasa, 07 Juni 2022

Tugas Koneksi Materi Modul 3.2 PGP Angkatan 4

 Menjadi Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Aset

Suasticha Mahardika, S.Pd.Si.

CGP Angkatan 4 Kabupaten Cilacap

Murid ibarat benih yang hanya dapat tumbuh baik dan subur ketika mendapat lingkungan yang sesuai dengan kebutuhannya. Setiap murid memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, hal ini dapat dilihat dari kesiapan belajar mereka, minat dan profil belajarnya.  Dengan demikian guru sebagai petani yang merawat tumbuhnya benih perlu menganalisis kebutuhan muridnya tersebut, lalu merencanakan pembelajaran yang mengakomodasi keautentikan tersebut. Harapannya sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara, guru dapat mengantar murid menemukan kebahagiaannya baik sebagai seorang pribadi atau pun sebagai seorang anggota masyarakat.

Perencanaan pembelajaran perlu disusun dengan matang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional, sehingga murid akan berkembang sesuai dengan kodrat alam dan jamannya. Tidak hanya itu dengan integrasi pembelajaran sosial emosional mendorong murid menjadi pribadi dengan kesadaran penuh dan mengambil peran dalam hidup bermasyarakat.

Arah pembelajaran jelas, yakni mewujudkan profil pelajar Pancasila yang meliputi beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Dengan semangat keberpihakan pada murid guru membangun ekosistem well being, ekosistem yang mendukung tumbuhnya karakter baik modal tertanam profil pelajar Pancasila.

 Dalam usaha mewujudkan ekosistem well-being inilah seorang guru menjalankan perannya sebagai pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan aset. Segala bentuk potensi yang ada di sekolah harus didayagunakan dan dioptimalkan. Pendekatan yang digunakan adalah Pengembangan Komunitas Berbasis Aset atau PKBA. Pendekatan ini berfokus pada kekuatan, pada apa yang bekerja, pada apa yang menginspirasi. Dengan demikian upaya membangun ekosistem well-being lebih efektif dan efisien karena tidak ada lagi waktu yang terbuang hanya untuk mencari-cari  kendala-kendala yang mungkin akan muncul dan merencanakan solusinya.

Ada tujuh modal utama yang bisa digali untuk dipetakan dan dikembangkan. Ketujuh modal utama tersebut antara lain:

  1. Modal manusia
  2. Modal sosial 
  3. Modal fisik
  4. Modal lingkungan/alam
  5. Modal finansial
  6. Modal politik
  7. Modal agama dan budaya

Upaya pemetaan menjadi sangat penting dalam rangka menemukan terobosan-terobosan baru untuk mendukung keberpihakan pada murid seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya. Keberpihakan yang diwujudkan dalam pembelajaran berkualitas yakni pembelajaran yang bermakna dan memberi ruang untuk kemerdekaan belajar.

Misalnya dengan melakukan pemetaan modal manusia, seorang guru dapat memetakan narasumber-narasumber baik praktisi atau pun profesional dari kalangan orang tua atau masyarakat sekitar yang dapat menjadi sumber belajar bagi murid sehingga meningkatkan kebermaknaan belajar. Di sisi modal sosial, keberadaan berbagai asosiasi atau organisasi murid di sekolah menjadi ajang latihan leadership sekaligus team work bagi murid meningkatkan keterampilan berelasi (kompetensi sosial), atau mungkin dengan pemetaan tertangkap aset aset fisik terbengkalai seperti lahan-lahan tak produktif yang dapat dihidupkan kembali bahkan menjadi sarana untuk murid mengaktualisasikan dirinya.

Saya sebelum mempelajari tentang pengembangan komunitas berbasis aset sering menggunakan  pendekatan lama yang fokusnya pada kelemahan, kendala, masalah. Kebiasaan yang membuat saya patah semangat dan tidak berkembang. Setelah mempelajari modul ini saya sadar bahwa sekolah benar-benar tidak hanya dikelilingi bahkan memiliki aset-aset potensial yang berguna untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Tidak hanya itu dalam proses pemetaan saya pun dipaksa untuk berkolaborasi dan berkoordinasi dengan rekan-rekan lain, sehingga sangat mungkin potensi aset yang saya lihat ternyata belum lengkap dan dilengkapi dari sudut pandang rekan saya tersebut. Misalnya ketika saya membahas tentang green house yang terbengkalai di sekolah, ternyata ada lahan kosong di samping mushola yang bisa dihidupkan kembali menjadi apotik hidup. Semangat kemudian tumbuh setiap kali saya melihat potensi dan kekuatan yang kami miliki sehingga saya optimis bahwa saya akan dapat merencanakan pembelajaran yang berkualitas untuk kemudian saya laksanakan dan terapkan sehingga keberpihakan pada murid dapat membudaya di sekolah saya.

 

Minggu, 05 Juni 2022

Pembahasan Simulasi Penilaian Akhir Semester 2 Nomor 6-10

 Pembahasan Soal Nomor 6-10

Soal Nomor 6

Bintil-bintil akar merupakan simbiosis mutualisme antara jamur dengan akar tanaman,
sebab
Jamur mendapatkan nutrisi dari akar tanaman sedangkan akar tanaman meningkat penyerapan unsur haranya.

A. Pernyataan benar, alasan benar, keduanya menunjukkan hubungan sebab-akibat
B. Pernyataan benar, alasan benar, keduanya tidak menunjukkan hubungan sebab-akibat
C. Pernyataan benar, alasan salah
D. Pernyataan salah, alasan benar
E. Pernyataan dan alasan sama-sama salah

Jawaban: D. Pernyataan salah, alasan benar
Pernyataan salah.
Gambar Bintil Akar 
(Sumber : gddmorganic.com)
Bintil-bintil akar merupakan simbiosis mutualisme antara bakteri Rhizombium sp. dengan akar tanaman. Bakteri ini memiliki kemampuan untuk mengikat nitrogen bebas sehingga menyuplai kebutuhan nitrogen tanaman, sedang untuk memenuhi kebutuhan hidup dia mengambil nutrisi dari akar tanaman.
Simbiosis akar tanaman dengan jamur dikenal sebagai mikoriza, berikut penampakannya:
Gambar Akar dengan Mikoriza
(Sumber: Tipspetani.com)
Keberadaan mikoriza meningkatkan suplai unsur hara dan air bagi tumbuhan, karena jamur memasok banyak unsur hara dan air, bahkan memperbaiki struktur tanah. Umumnya tanaman dengan mikoriza memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik.
Gambar kiri=tanpa mikoriza; kanan=dengan mikoriza.

Soal Nomor 7

Liodra mendapat tugas untuk mengumpulkan foto preparat hifa septa dari jamur, maka obyek yang seharusnya diamati menggunakan mikroskop adalah ... .
A. jamur roti
B. jamur tempe
C. jamur kancing
D. jamur oncom
E. jamur kuping

jawaban : jamur oncom
Jamur oncom merupakan jamur Ascomycota yang memiliki ciri-ciri hifa septa yang mudah disiapkan preparatnya, jamur kancing dan jamur kuping juga memiliki hifa septa karena keduanya masuk ke dalam kelompok jamur basidiomycota, namun pengamatan secara mikroskopis kedua jamur ini sulit dilakukan. Sedangkan jamur roti dan jamur tembe adalah anggota Zygomycota yang hifanya asepta sehingga tidak sesuai dengan tugas. Berikut adalah hasil pengamatan mikroskopis jamur oncom:
Gambar Hifa Jamur oncom
(sumber: wikipedia)

Soal Nomor 8

Gambar berikut menunjukkan hasil pengamatan terhadap jamur ... .
A. myxomycota
B. zygomycota
C. ascomycota
D. basdiomycota
E. deuteromycota
 
jawaban : ascomycota
Gambar diatas menunjukkan penampakan Aspergillus wentii, yang merupakan anggotan dari kelas jamur ascomycota. 

Soal Nomor 9

Perhatikan gambar berikut!
Pertumbuhan hifa yang sangat cepat hingga membentuk tubuh buah disebabkan terjadinya tahap ... .

A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 9

jawaban: 4

Reproduksi seksual pada jamur meliputi 5 tahapan penting, yaitu
  1. mating hifa (hifa berpasangan)
  2. plasmogami (peleburan plasma)
  3. kariogami (peleburan inti sel)
  4. meiosis 
  5. germinasi (perkecambahan spora)
Karakteristik pertumbuhan cepat terjadi pada hifa dikariotik sebagai hasil dari plasmogami yang ditunjukkan pada tahap 4. Hifa dikariotik yaitu hifa yang memiliki 2 inti sel dalam satu selnya (n+n).

Soal Nomor 10
Perhatikan gambar berikut!
Bagian yang berperan sebagai alat perekat pada substrat ditunjukkan nomor ... .
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5
Jawaban : 3
Secara berurutan bagian yang ditunjukkan pada gambar adalah sebagai berikut:
1. Sporangium
2. Apophysis
3. Rhizoid
4. Stolon
5. Sporangiofor
6. Collarette
7. Collumella
Bagian yang berperan untuk menempel pada substrat adalah rhizoid, fungsinya menyerupai akar pada tanaman, sehingga nomor yang tepat adalah 3.









Pembahasan Simulasi Penilaian Akhir Semester 2 Nomor 1-5

 Pembahasan Nomor 1-10

Soal Nomor 1

Perhatikan gambar berikut!
Gambar tersebut menunjukkan bahwa jamur memiliki sifat ... .
A. saprofit
B. parasit
C. epifit
D. autotrof
E. semi Parasit

Jawaban : A. saprofit

Gambar di atas menunjukkan jamur yang tumbuh pada batang pohon yang tumbang. Jamur memperoleh nutrisi dari batang yang mati tersebut. Artinya sumber nutrisi dari jamur pada gambar di atas adalah sisa-sisa organisme sehingga dapat dikatakan bersifat saprofit.
Tidak semua jamur bersifat saprofit, contohnya jamur yang menyebabkan kulit kepala gatal (ketombe). Jamur penyebab ketombe termasuk jamur parasit yang memperoleh nutrisi dari inangnya yaitu sel-sel kulit kepala manusia.

Soal Nomor 2

Perhatikan data ciri berikut: 
(1) uniseluler 
(2) multiseluler 
(3) dinding sel dari selulosa 
(4) dinding sel dari kitin 
(5) bersifat autotrof 
(6) bersifat heterotrof 
Berdasarkan data ciri tersebut yang menggambarkan ciri-ciri fungi adalah ... .
A. 1,2,3,6
B. 1,2,4,5
C. 1,2,3,5
D. 1,2,4,6
E. 1,3,4,5

Jawaban : 1,2,4,6

Fungi atau jamur merupakan kingdom dari makhluk hidup heterotrof yang memiliki dinding sel khas yaitu dari kitin dan bereproduksi menggunakan spora baik secara seksual atau pun secara aseksual. Anggotanya ada yang uniseluler seperti Sacharomyces cereviseae dan kebanyakan lainnya adalah multiseluler (baik yang hanya berupa kapang seperti Rhisopus sp. atau pun berupa tumbuh buah seperti jamur tiram).

Soal Nomor 3

Tempe merupakan produk makanan lokal yang sangat digemari. Tempe dibuat dari kedelai yang dicampur dengan ragi tempe dan didiamkan selama 2 hari dalam suhu kamar. Proses yang terjadi pada pembuatan tempe menunjukkan ... .
A. jamur mengambil sari kedelai yang terurai karena panas
B. jamur tidak mampu mencerna makanannya sendiri
C. jamur bersifat parasit pada tumbuhan
D. jamur bersifat an aerob/tidak butuh oksigen
E. jamur mencerna kedelai dengan enzimnya

Jawaban: E. jamur mencerna kedelai dengan enzimnya

Kedelai yang diberi ragi tempe akan mengalami perubahan tekstur dari keras menjadi lunak, perubahan tekstur ini menandai terjadinya pencernaan komponen kimia dalam kedelai oleh ezim hidrolisis yang dilepaskan jamur.  Jamur tempe termasuk jamur saprofit karena pada akhirnya sari-sari makanan dari kedelai menjadi sumber nutrisi yang diserap jamur untuk bisa tumbuh.

Soal Nomor 4

Daftar nama jamur: 
a. Aspergillus wentii 
b. Sacharomyces cereviseae 
c. Penicillium notatum 
d. Rhizopus oligosporus 
e. Auricularia politrica 
f. Pleorotus ostreatus 
Jamur di atas yang tergolong basidiomycota yaitu ... .
A. a,b
B. b,c
C. a,c
D. c,d
E. e,f

Jawaban : e,f

Jamur basidiomycota dikenal sebagai jamur kayu karena kekhasan tubuh buahnya yang dapat mencerna kayu. Hal ini disebabkan basidiomycota menghasilkan enzim ligninase yang bisa mencerna lignin pada kayu. 
a. Aspergillus wentii dikenal sebagai jamur ascomycota yang memproduksi kecap.
b. Sacharomyces cereviseae dikenal sebagai jamur uniseluler yang dimanfaatkan dalam pembuatan roti
c. Penicillium notatum merupakan jamur Ascomycota yang berperan sebagai penghasil antibiotik
d. Rhizopus oligosporus adalah jamur Zygomycota yang dapat dijumpai pada roti yang kadaluarsa.
e. Auricularia politrica  atau jamur kuping merupakan jamur basidiomycota yang dimanfaatkan sebagai sumber pangan
f. Pleorotus ostreatus atau jamur tiram juga masuk ke dalam basidiomycota, tampak dari tubuh buah yang mampu tumbuh di media tanam berupa serbuk kayu.

Soal Nomor 5

Daftar nama jamur: 
a. Amanita sp.
b. Sacharomyces cereviseae 
c. Penicillium notatum 
d. Rhizopus oligosporus 
e. Auricularia politrica 
f. Pleorotus ostreatus 
Jamur di atas yang tergolong basidiomycota yaitu ... .
A. a,b
B. b,c
C. a,c
D. c,d
E. e,f

Jawaban : b,c

Penjelasan dapat melihat pembahasan nomor 4, 
Amanita sp. merupakan jamur basidiomycota yang beberapa jenisnya beracun.


Selasa, 31 Mei 2022

Pengembangan Komunitas Berbasis Aset

 


Pengembangan Komunitas Berbasis Aset merupakan pengembangan komunitas dengan pendekatan pada apa yang menjadi kekuatan, apa yang menjadi potensi, dan apa yang menginspirasi. Fokus utamanya pada kekuatan.

Senin, 30 Mei 2022

Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran


Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran



Filosofi Pratap Triloka dan Pengaruhnya dalam pengambilan keputusan

Guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran memiliki kewajiban menuntun para murid mencapai kebahagiaan sebagai pribadi ataupun anggota masyarakat. Setiap keputusan yang diambil guru dalam proses pembelajaran akan menentukan masa depan muridnya.Setiap keputusan tersebut semestinya memprioritaskan kebutuhan murid dan berlandaskan nilai-nilai kebajikan. Dalam dunia kependidikan dikenal filosofi Pratap Triloka Ki Hajar Dewantara yang meliputi ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani , semboyan ini relevan dipedomani oleh guru dalam menentukan arah keputusannya. Hal ini berarti bahwa keputusan diambil harus dapat menjadi contoh/teladan yang baik bagi murid, memotivasi murid, dan mendorong murid untuk mengoptimalkan potensinya.

Nilai diri dan Prinsip-prinsip dalam Pengambilan Keputusan

Pada dasarnya keputusan seseorang adalah citra dirinya sendiri. Bagaimana seseorang mengambil keputusan sangat bergantung pada nilai-nilai yang tertanam di dalam dirinya, sehingga preferensi prinsip-prinsip pengambilan keputusan yang diambil pun bisa berbeda antara satu orang dengan orang yang lainnya.

Dalam pengambilan keputusan sendiri terdapat 3 prinsip  dasar, di antaranya:

1.      Rule base Thinking (Berpikir berbasis Peraturan)

2.      End base Thinking (Berpikir berbasis Hasil Akhir)

3.      Care base Thinking. (Berpikir berbasis Rasa Peduli)

Sebagai contoh, guru sendiri yang meyakini bahwa keputusan yang terbaik adalah keputusan yang membawa kebaikan untuk lebih banyak orang, maka prinsip yang mendasarinya adalah end base thinking. Keputusan guru tersebut tentu bisa berbeda dengan guru lain yang taat peraturan dan berprinsip rule based thinking.

Coaching dan Pengukuran Efektivitas Keputusan

Dalam pengambilan keputusan, coaching dari pendamping atau fasilitator dapat membantu mengukur efektivitas pengambilan keputusan. Alur coaching yang menggali potensi coachee dengan komunikasi yang memberdayakan, pertanyaan reflektif, juga umpan balik positif akan menguatkan nilai-nilai kebajikan yang mendasari pengambilan keputusan sekaligus menguatkan kepercayaan dan komitmen terhadap diri. Tidak hanya itu melalui model TIRTA dengan tahapan tujuan umum, identifikasi, rencana aksi, dan tanggung jawab, seorang guru akan mampu mengambil keputusan yang sistematis dengan pola pandang holistik. Penerapan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan pun akan dapat dioptimalkan.

Pengaruh Kematangan Sosial Emosional

Ketepatan dan kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran tidak terlepas dari kematangan sosial emosional seseorang guru. Kompetensi kesadaran diri dapat membuat guru mengenali dan mengendalikan emosi dengan baik, sehingga tetap tenang dalam proses pengambilan keputusan. Pengenalan dan pengendalian emosi ini mendukung kemampuan managemen diri yang tentunya mempermudah guru memposisikan diri sesuai kebutuhan, termasuk sebagai pengambil keputusan. Selain itu keterampilan sosial emosional yang lainnya adalah memiliki kesadaran sosial, dengan keterampilan ini saat memutuskan guru tidak hanya melihat dari sudut pandangnya sendiri melainkan melihat dari berbagai sisi dengan empati. Terakhir adalah keterampilan berelasi, di mana dalam proses pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran seorang guru dihadapkan dengan beberapa pihak yang mungkin berbeda kepentingan namun dengan keterampilan ini guru mampu mengambil keputusan yang terbaik dan bisa jadi win win solution. Akhirnya kematangan sosial emosional akan dapat melahirkan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Studi Kasus Moral atau Etika

Menjalankan tugas sebagai pemimpin pembelajaran menghadapkan guru pada berbagai kasus baik bujukan moral atau pun dilema etika. Melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian kasus-kasus tersebut guru dapat mengambil keputusan bertanggung jawab berdasarkan nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya. Seperti yang saya tuliskan sebelumnya bahwa keputusan adalah citra diri yang menggambarkan paradigma berpikir, prinsip pengambilan keputusan, bahkan kematangan sosial emosional dari guru.

Sebagai seorang pendidik, setiap langkah harus berpedoman pada nilai-nilai kebaikan dengan menginternalisasi pratap triloka Ki Hajar Dewantara (ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani). Hal tersebut berarti pengambilan keputusan pun selaras dengan nilai kebaikan dan pratap triloka Ki Hajar Dewantara tersebut.

Tidak hanya itu, sebagai pemimpin pembelajaran yang bertugas menuntun laku para murid maka keberpihakan pada murid juga menjadi nilai penting yang harus ada dalam pertimbangan pengambilan keputusan seorang guru.

Keputusan Tepat, Ekosistem well-being

Ekosistem well-being dalam dunia pendidikan mengisyaratkan perwujudan kemerdekaan belajar bagi murid dan terciptanya lingkungan belajar yang aman dan nyaman. Ekosistem semacam ini akan dapat direalisasikan apabila guru sebagai pemimpin pembelajaran dapat mengambil keputusan yang tepat, yakni keputusan yang berpihak pada murid, menginternalisasi filosofi Ki Hajar Dewantara, berpedoman pada nilai-nilai kebajikan universal dan berkelanjutan. Berkelanjutan artinya memberi peluang pada berkembangnya budaya positif di sekolah, serta memberdayakan warga sekolah untuk mengoptimalkan potensi yang mereka dan atau sekolah miliki.

Tantangan dalam  Pengambilan Keputusan

Mengambil keputusan yang memuaskan semua pihak bukan hal yang mudah, perbedaan pola pandang dan prinsip menjadi dasar kepentingan yang berbeda antar pihak. Ada kalanya keputusan yang berpihak pada murid dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care Base Thinking) bertentangan dengan guru-guru yang memiliki prinsip (Rule Base Thinking) dan menomor satukan peraturan. Tidak ada yang salah, karena pada kasus dilema etika keduanya berpegang pada nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama benar. Untuk itu kematangan sosial emosional yang dapat menjadi solusinya. Sebagai individu yang memiliki kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, kemampuan berelasi, dan kemampuan mengambil keputusan yang bertanggung jawab, guru akan mampu melihat secara holistik (menyeluruh) dan menerapkan kesembilan langkah yang ada, -eradaptasi dan berstrategi untuk menemukan win win solution untuk kebaikan bersama.

Kemerdekaan Belajar Murid

Keputusan yang telah diambil dengan menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, berpedoman pada paradigma benar lawan benar, dengan salah satu dari 3 prinsip pengambilan keputusan merupakan keputusan bertanggung jawab yang menjiwai pratap triloka Ki Hajar Dewantara. Dengan keputusan yang berpihak pada murid, dapat memberi teladan, motivasi dan dorongan dari belakang adalah modal penting bagi seorang murid mencapai kemerdekaan belajar. Pasalnya melalui keputusan ini tercipta ekosistem well being yang akan mendorong tumbuhnya budaya positif dan mewujudkan kemerdekaan belajar.

Masa Depan Murid

Keputusan yang tepat dan efektif akan mengantarkan kebahagiaan dan keselamatan pada murid-murid. Hal ini selaras dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan itu berarti menuntun laku mereka menemukan kebahagian. Upaya ini pun dapat dioptimalkan lantaran ekosistem yang terbina dari keputusan tersebut yaitu ekosistem well being yang berbudaya positif. Oleh karena keputusan merupakan citra diri sesorang, maka sebagai seorang  pemimpin pembelajaran guru selayaknya menginternalisasi filosofi pratap triloka, berpihak pada murid dan matang secara sosial emosional.

Kesimpulan

Pengambilan Keputusan sebagai pemimpin pembelajaran merupakan tanggung jawab besar seorang guru karena turut menentukan masa depan murid. Ketepatan dan keefektifan dari keputusan harus selalu diupayakan agar terwujud kemerdekaan belajar murid. Keterampilan ini harus terus diasah dengan selalu berpedoman pada nilai-nilai kebaikan, selaras dengan filosofi Ki Hajar Dewantara, dan berpihak pada murid. Untuk dapat mengoptimalkan tugas ini seorang guru harus memiliki kematangan sosial emosional. Langkah strategis yang dapat dilakukan yaitu dengan menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan.

Selasa, 22 Maret 2022

Break Event Point / Titik Balik Modal dalam Usaha Kuliner

 Break Event Point / Titik Balik Modal


Untuk dapat menjalankan usaha kuliner dengan sukses, seorang pengusaha dituntut memiliki kemampuan manajerial keuangan, diantaranya kemampuan dasar untuk menghitung Break Event Point, 

Apa itu Break Event Point?

Break Event Point (BEP) adalah titik balik modal atau titik impas dimana seorang pengusaha tidak mengalami kerugian atau mendapat keuntungan. Perhitungan BEP penting untuk dapat mengukur kemajuan usaha, baik menghitung harga minimal, harga rekomendasi, jumlah produksi yang harus terjual, juga menentukan kondisi usaha dalam keadaan untung atau rugi.

Secara umum terdapat dua macam BEP, yakni:

  1. BEP Produksi
  2. BEP Penjualan
BEP Produksi berguna untuk mengetahui jumlah minimal produk yang harus terjual agar balik modal dengan menggunakan harga satuan pasar. Harga satuan pasar artinya harga satuan yang berlaku di pasar. Sedangkan 

BEP Penjualan berfungsi menghitung harga minimal yang bisa diterapkan untuk balik modal dengan menjual keseluruhan produk yang diproduksi.

Untuk menghitung BEP kita terlebih dahulu harus mengenal beberapa istilah, sebagai berikut
  • biaya operasional
  • biaya tetap
  • biaya variabel
Biaya operasional dalam bisnis kuliner adalah biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk makanan. Untuk menghitung biaya operasional, kita dapat menjumlahkan biaya tetap dengan biaya variabelnya.

Biaya tetap atau mixed cost dalam laman ocbcnicp.com berarti pengeluaran yang tidak berubah-ubah meskipun terjadi penurunan atau peningkatan penjualan. Biaya tetap meliputi biaya sewa gedung, asuransi, pajak, penyusutan dan tagihan air juga listrik.
Biaya variabel adalah biaya dengan jumlah berubah-ubah mengikuti intensitas pemakaian sumber biaya atau jumlah produknya. Biaya variabel meliputi biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, biaya distribusi produk, dan komisi penjualan. 

Nah, untuk berlatih menghitung BEP kita akan menerapkan prinsip sederhana terkait dengan biaya biaya tersebut. Mari simulasikan dalam usaha jualan Brownies Kukus sebagai berikut!

Dalam usaha kuliner pengusaha membutuhkan modal peralatan dan atau tempat yang digunakan untuk produksi. Misalnya pada usaha Brownies kukus Ibu Amena dibutuhkan peralatan antara lain:
  • Tabung Gas
  • Kompor Gas
  • Kukusan
  • Mixer
  • Loyang
  • Baskom
  • Spatula
Semua biaya yang dikeluarkan untuk membeli peralatan tersebut tidak dibebankan langsung pada satu kali produksi karena peralatan tersebut masih dapat digunakan pada produksi berikutnya, sehingga yang dihitung hanya penyusutan. Besar prosentase penyusutan tergantung pada jangka penggunaan alat itu sendiri. Namun untuk mempermudah, kita menggunakan prosentase umum penyusutan yakni 10% dari biaya pembelian peralatan. 

Misal Ibu Amena menghabiskan Rp 2.000.000,00 untuk pembelian peralatan maka biaya penyusutannya adalah 10% dari 2.000.000,00 yaitu sebesar Rp 200.000,00.

Biaya penyusutan ini menjadi komponen dari biaya tetap dalam usaha kuliner, jika ibu Amena memperkerjakan orang maka upah dari karyawannya juga termasuk, begitu juga dengan sewa gedung dan atau pajak bumi bangunannya.

Selanjutnya kita akan membahas tentang biaya variabel, 
Perhatikan resep baku Brownies Kukus Ibu Amena berikut!
  • 60 gram tepung terigu 
  • 40 gram cokelat bubuk (bisa pakai minuman cokelat saset) 
  • 3 butir telur 
  • 1/2 sdm garam 
  • 100 gram gula pasir 
  • 50 ml minyak goreng 
  • 1 sdm minyak untuk olesan
Untuk menghasilkan 5 loyang brownies dengan bahan seperti disebut di atas Ibu Ameena menghabiskan uang Rp 100.000,00 untuk membeli bahan-bahan tersebut, maka biaya itulah yang dimaksud dengan biaya variabel. Biaya yang dapat berubah-ubah sesuai dengan jumlah produk yang dihasilkan. Misal untuk memprodduksi 50 loyang tentu tidak mungkin hanya dikeluarkan Rp 100.000,00 melainkan Rp 1.000.000,00.

Mudah bukan memahami biaya tetap dan biaya variabel!
Bagaimana kaitannya dengan BEP?

Biaya operasional = biaya tetap + biaya variabel
BEP Produksi = biaya operasional / harga satuan pasar
BEP Penjualan =  biaya operasional / jumlah produk

Maka jika dalam menjalankan bisnis browniesnya Ibu Ameena mengeluarkan Rp 2.000.000 untuk modal alatnya dan menghabiskan Rp 3.000.000 untuk menghasilkan 150 loyang brownies, berapakah 
  1. BEP Produksi, jika harga brownies di pasar 40.000/loyang?
  2. BEP Penjualan?
Penyelesaian:
Diketahui:
Biaya Beli alat/investasi = 2.000.000
Biaya Variabel = 3.000.000
Jumlah loyang =  150 loyang
Harga pasar =  40.000/loyang
maka 
  1. hitung terlebih dahulu penyusutannya = 10% x 2.000.000 = 200.000
  2. kemudian hitung biaya produksi = biaya tetap + biaya variabel = biaya penyusutan + biaya variabel = 200.000 + 3.000.000 = 3.200.000
  3. BEP produksi = 3.200.000/40.000 = 80 , jadi untuk balik modal ibu Ameena harus menjual 80 loyang dengan harga Rp 40.000,-
  4. BEP penjualan = 3.200.000/150 = 21.333. jadi untuk balik modal ibu Ameena minimal menghargai brownisnya Rp 21.400. 00.
Berdasarkan BEP penjualan (harga minimal), dapat dihitung harga rekomendasinya yaitu 150 % x harga BEP Penjualan = 150 % x 21.400 = Rp 32.100,-
Jadi sebaiknya ibu Amena menjual dengan harga Rp 32.000/loyang Brownies Kukus.

Catatan :
Apabila kamu baru menekuni bidang kuliner dan kamu memperoduksi sejumlah kecil saja, maka kamu tidak perlu memasukan penyusutannya terlebih dahulu karena dapat meningkatkan harga jual menjadi tak lazim.

Menurut kamu apakah ibu Amena untung?rugi? jelaskan jawabanmu!

Sabtu, 26 Februari 2022

Mengenal Pembelajaran Berdiferensiasi dan Pengaplikasiannya di Sekolah

 

Mengenal Pembelajaran Berdiferensiasi dan Pengaplikasiannya di Sekolah

oleh Suasticha Mahardika, S.Pd.Si
CGP Angkatan IV Kabupaten Cilacap

 


Adil tak berarti serupa dan sama rata, kiasan yang menurut saya tepat untuk menggambarkan pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran sebagai aktivitas inti pendidikan sudah selayaknya melayani kebutuhan murid sebagai personal dengan harapan terwujudnya ekosistem well-being bagi mereka. Ekosistem yang pada akhirnya mampu mengoptimalkan pencapaian kompetensi sekaligus karakter baik dalam dirinya.

Pembelajaran berdiferensiasi berarti pemenuhan kebutuhan belajar murid sebagai bentuk respons guru terhadap kebutuhan murid itu sendiri. Ki Hajar Dewantara menyampaikan guru ibarat petani yang merawat tumbuhnya benih. Seorang petani tentu harus memperlakukan benih-benih ini sesuai kebutuhannya agar dapat tumbuh subur, maka seperti itulah seorang guru harus tahu persis kebutuhan muridnya agar mereka selamat dan berbahagia baik sebagai pribadi atau anggota masyarakat.

Pembelajaran berdiferensiasi berisi keputusan-keputusan logis (common sense) yang dibuat guru berdasarkan hasil penggalian  terhadap murid. Dasarnya adalah bahwa murid bukan tabula rasa, mereka bukan kertas yang kosong. Oleh karena itu guru perlu memahami apa yang sudah tertulis dan menjadi bagian dari muridnya. Apa saja yang digali? Secara umum kebutuhan murid yang digali  berdasarkan kesiapan belajar, minat, dan profil belajarnya.

Kesiapan belajar yang dimaksud adalah kapasitas murid mempelajari materi baru. Guru harus mampu menyesuaikan pembelajaran kemudian mengambil keputusan logis, salah satunya dengan menggunakan analogi “equalizer” yang dikenalkan oleh Tom Linson. Melalui tes diagnostik pra pembelajaran atau di awal pembelajaran, guru dapat merencanakan strategi yang sesuai dengan kebutuhan muridnya, misalnya apakah kemudian murid masih membutuhkan informasi dasar dengan info pendukung yang jelas, sederhana, dan tidak bertele-tele untuk menguasai materi atau sudah mampu menerima info yang lebih rinci dan membuat keterkaitan dengan materi sebelumnya melalui bahan dan tugas yang transformatif. Secara teknis penggalian kesiapan belajar dapat dilakukan dengan memberikan kuis, tanya jawab, observasi, atau dengan melihat laporan hasil belajar sebelumnya. Terlayaninya murid sesuai kesiapan belajarnya akan mengefisienkan proses pembelajaran sehingga murid tidak tertekan dan bisa berkembang menjadi lebih baik.

Selain kesiapan belajar kebutuhan murid yang juga harus diperhatikan adalah minat. Mengolaborasikan pembelajaran dengan minat yang mereka miliki akan lebih menarik perhatiannya. Dengan perhatian penuh seorang murid dapat meningkatkan kinerjanya. Minat siswa dapat digali dari kesehariannya, atau dari obrolan santai di sela pembelajaran. Data minat juga dapat ditarik dari info dasar seperti hobi dan cita-cita.

Kebutuhan murid yang perlu diperhatikan berikutnya adalah profil belajarnya, yaitu mengacu pada cara belajar terbaik yang mereka miliki, meliputi preferensi lingkungan belajar, kebiasaan/pengaruh budaya, termasuk preferensi gaya belajar (visual, auditory, kinestetik). Hal tersebut berarti guru harus memvariasikan metode dan pendekatan mengajarnya.

Berdasarkan uraian di atas, seorang guru harus melakukan penilaian diagnostik dahulu untuk mendapatkan data kebutuhan dari murid, lalu sebagai pemimpin pembelajaran merespons keberagaman kebutuhan ini dengan menyelenggarakan pembelajaran berdiferensiasi. Adapun dalam pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi memiliki tiga strategi, antara lain diferensiasi konten, diferensiasi produk, diferensiasi produk.

Dengan mengacu pada ketiga kebutuhan murid guru dapat mendiferensiasikan konten dengan menyediakan konten yang bervariasi. Gambarannya sebagai berikut:

1.       Berdasarkan kesiapan belajar, misalnya untuk dua kelompok belajar di mana satu kelompok yang belum bisa mengabstraksi maka disiapkan konten yang konkret, sedangkan untuk kelompok yang sudah mampu berarti langsung menggunakan konten yang abstrak. Bayangkan pada pembelajaran biologi tentang organel dalam sel, sekelompok anak membutuhkan model sel untuk memahami bahwa sel ini bervolume dan berisi organel-organel, sedang sebagian murid lainnya hanya butuh penjelasan tertulis saja.

2.       Berdasarkan minat, misalnya saat belajar materi perubahan lingkungan, sekelompok siswa memiliki minat terhadap kendaraan bermotor, sekelompok yang lain pada pabrik, ada juga yang berminat pada peristiwa alam, maka guru dapat menyiapkan konten perubahan lingkungan yang berkaitan dengan motor, pabrik, juga peristiwa alam, sebagai bahan belajar murid.

3.       Berdasar Profil belajar, misalnya saat belajar materi animalia, siswa yang bergaya belajar auditory dapat disiapkan bahan belajar berupa voice note, siswa dengan gaya belajar visual bisa dengan bahan belajar berupa gambar, dan untuk yang kinestetik disiapkan sudut-sudut literasi untuknya bergerak mendapatkan bahan.

Pada proses pembelajaran juga dapat dideferensiasi berdasarkan kesiapan belajar dengan menerapkan scaffolding yakni dengan memetakan jumlah bantuan yang dibutuhkan murid dan memberikan bantuan yang jumlah bantuan berbeda sesuai dengan kebutuhan, berdasarkan minat misalnya dengan mengizinkan mereka menggunakan model ekspresi yang mereka minati saat belajar  apakah lisan, tertulis atau rancang bangun. Dapat pula disesuaikan dengan gaya belajarnya yaitu mengamati gambar untuk visual, mendengar voice note untuk yang auditory, atau praktek langsung untuk yang kinestetik.

Tidak hanya pada konten dan proses, produk juga dapat divariasikan sesuai dengan kebutuhan di atas.  Misalnya dalam Pengamatan Tumbuhan di Lapangan Sekolah, laporan hasil pengamatan dapat disusun dalam bentuk artikel bergambar, voice note, atau video penjelasan tergantung pada gaya belajar masing-masing. Seorang guru tidak harus menerapkan ketiga strategi ini dalam satu waktu pembelajaran. Strategi yang digunakan cukup disesuaikan dengan kebutuhan.

Apabila dilihat secara menyeluruh, pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang menjiwai pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan yang berpihak pada murid. Mempersiapkan konten, proses, dan produk yang sesuai dengan potensi masing-masing menggambarkan guru menyadari bahwa mereka bukan tabula rasa. Masing-masing memiliki karakter unik. Diferensiasi menempatkan mereka sebagai subyek pembelajar pada level yang sesuai.. Guru menjalankan perannya sebagai pemimpin pembelajaran sekaligus posisi kontrol manager. Dengan demikian guru menumbuhkan motivasi intrinsik sebagai dasar perilaku seorang murid, menumbuhkan budaya positif terutama tentang saling menghargai, juga mengapresiasi setiap pertumbuhan dan perkembangan dari setiap murid.

 

 

Rabu, 09 Februari 2022

Membangun Budaya Positif di Sekolah melalui Keyakinan kelas, Jurnal Belajar, Restitusi dan Kelas Praktisi

Membangun Budaya Positif di Sekolah melalui Keyakinan kelas, Jurnal Belajar, Restitusi dan Kelas Praktisi



Di susun oleh

Suasticha Mahardika, S.Pd.Si.

(CGP Angkatan IV Kabupaten Cilacap)

Murid-murid kita adalah masa depan bangsa. Kelak merekalah yang akan menjadi para pemimpin dan membangun Indonesia. Seyogyanya mereka bertumbuh menjadi pribadi-pribadi beradab dengan nilai-nilai kemanusiaan yang tertanam kuat. Generasi penerus dengan Profil Pelajar Pancasila yang memenuhi enam ciri utama, sebagai berikut:

  1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berakhlak mulia
  2. Berkebhinekaan global
  3. Bergotong royong
  4. Mandiri
  5. Bernalar kritis
  6. Kreatif

Kunci untuk dapat mewujudkan Profil Pelajar Pancasila adalah pendidikan. Pendidikan yang sesuai dengan pola pandang/pemikiran Ki Hajar Dewantara, yakni pendidikan yang menuntun segala kodrat pada anak-anak sehingga mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan baik sebagai pribadi ataupun sebagai anggota masyarakat.

Berdasarkan pola pembentukan karakter baik, yaitu pola perilaku yang tumbuh dari nilai-nilai keyakinan seseorang, maka seorang pendidik perlu menyadari bahwa sebagai bagian dari sekolah pendidik memiliki akses untuk mengoptimalkan pembentukan karakter baik dalam rangka perwujudan profil pelajar Pancasila ini, baik melalui keteladan atau pun pembiasaan. Namun lebih dari itu, sebuah kondisi yang nyaman dan aman harus diciptakan sebagai ekosistem yang baik bagi tumbuhnya karakter tersebut.

Ekosistem yang dimaksud adalah ekosistem positif dalam bentuk budaya positif. Budaya positif yang dimaksud yaitu keadaan yang mendukung tumbuh dan melekatnya karakter-karakter baik pada diri murid hingga mencapai profil pelajar Pancasila.

Dalam rangka membangun budaya positif di sekolah, penulis melakukan beberapa aksi nyata sebagai berikut:

Menyepakati Keyakinan Kelas

 

Dasar pemikiran dari aksi nyata “Menyepakati Keyakinan Kelas” adalah bahwa setiap perilaku selalu memiliki motif di belakangnya. Motif ini dapat kita sebut sebagai motivasi dan macamnya ada tiga, antara lain motivasi eksternal menghindari hukuman, motivasi eksternal mengharapkan pujian/hadiah dan motivasi internal. Sebuah perilaku akan melekat pada diri seseorang apabila didasari oleh motivasi internal. Motivasi ini tumbuh dari nilai-nilai yang diyakini, sehingga akan dipegang teguh dan tidak mudah goyah. Salah satu upaya menghadirkan motivasi internal adalah dengan menyepakati keyakinan kelas bersama-sama. Ada berbagai cara untuk melakukannya, diantaranya sebagai berikut:

a.       Brainstorming dengan variabel-variabel yang ada di kelas baik secara online maupun secara offline. Cara ini dimulai dari guru memantik partisipasi murid untuk menyusun keyakinan kelas menggunakan kata kunci, seperti :

Kelas Biologi yang saya harapkan:

Siswanya .....

Kegiatan Pembelajarannya ....

Tugasnya .....

Gurunya .....

Jika kegiatan pembelajaran masih dilakukan secara daring / pembelajaran jarak jauh maka bisa memanfaatkan grup WA sebagai sarana.

Gambar Screen shoot WA hasil keyakinan kelas X MIPA 4 Mapel Biologi

b.       Tabel T (Tampak Seperti/Tidak Tampak Seperti) juga dapat menjadi alternatif yang mudah dimengerti dan dilaksanakan oleh murid. Diawali dengan menentukan nilai apa yang mereka yakini ( nilai yang dibutuhkan dalam pembelajaran) lalu dikembangkan menjadi poin-poin yang menggambarkannya juga yang sebaliknya.







Upaya ini dapat menghadirkan kesadaran akan diri secara utuh, sehingga murid mampu menghargai dirinya sendiri dan mencapai kemerdekaan belajar. Mengenalkan mereka dan menanamkan nilai-nilai kebajikan universal bagian dari diri mereka sendiri.

Membuat Jurnal Belajar 

Usaha perwujudan karakter baik diperkuat dengan pembiasaan pembuatan jurnal belajar Jurnal belajar yang dibuat merupakan kegiatan reflektif yang merekam kebermaknaan belajar dengan harapan murid dapat memetik hikmah dari setiap kegiatan belajar yang dilaksanakan terlepas dari materi yang diajarkan dan bergerak untuk memaknai proses.

Dalam jurnal belajar dicantumkan pula hal positif yang mereka dapatkan dengan harapan mereka terbiasa melihat sisi positif dari setiap kegiatan dan dapat mengoptimalkan potensi dengan berfokus pada kelebihannya.

Tidak hanya itu, jurnal belajar juga merekam perasaan yang mereka rasakan pada proses tersebut. Hal ini diasumsikan sebagai upaya melibatkan emosi dalam belajar untuk menjadikannya momen berkesan/bermakna yang menjadi ingatan jangka panjang.

Setelah siswa mengumpulkan jurnal belajar, guru memberikan feedback yang memotivasi dan membangun, serta memberi masukan yang dapat mendukung pengembangan potensi diri dari murid.


Restitusi

Di awal-awal penerapan sangat mungkin terjadi pelanggaran terhadap keyakinan kelas. Hal ini dapat ditangani dengan melaksanakan restitusi, yaitu sebuah upaya introspeksi diri. Introspeksi dilakukan murid yang bersalah dengan didampingi pendidik. Posisi pendidik bukan sebagai penghukum namun sebagai manajer yang membantu murid menemukan solusi untuk memperbaiki dirinya.

Kegiatan restitusi meliputi tiga tahapan, sebagai berikut:

1.       Menstabilkan identitas

2.       Memvalidasi kesalahan

3.       Menanyakan keyakinan

Restitusi bukan paksaan melainkan tawaran. Upaya ini tidak membuat murid menjadi terpuruk melainkan semakin kuat karakternya sehingga dapat kembali ke kelompoknya. Kesalahan yang mereka perbuat menjadi sarana mereka belajar dan menemukan nilai-nilai keyakinan yang semakin kuat mereka pegang. Upaya ini turut mendukung keharmonisan antara pendidik dengan muridnya. Pasalnya murid tidak kehilangan harga diri di hadapan pendidiknya.

Berikut ini adalah contoh upaya restitusi yang telah dilakukan penulis:






Karena pelanggaran terhadap keyakinan kelas ini melibatkan satu kelas, maka penulis berinisiatif menggunakan google form sebagai media restitusi.

Menstabilkan Identitas

Pada identitas form dituliskan pernyataan yang menstabilkan identitas.

Validasi kesalahan


Jawaban siswa:

Pertanyaan berikutnya:


Jawaban Siswa


Menanyakan keyakinan kelas

Jawaban siswa


 Dengan demikian murid belajar dari kesalahannya, dan memiliki motivasi untuk memperbaikinya.

Menyelenggarakan Kelas Praktisi

Selain menanamkan nilai atau karakter baik sebagai upaya membangun budaya positif, penulis juga berkolaborasi dengan rekan calon guru penggerak dan rekan sejawat  dari sekolah tempat penulis bertugas dengan tujuan untuk menginisiasi terselenggaranya kelas praktisi.


Dasar pemikiran dari penulis adalah bahwa murid perlu untuk membuka diri dan wawasan belajar langsung dari ahli. Pada kesempatan ini penulis berkolaborasi dengan alumnus yang berprofesi sebagai psikolog dan bekerja di kantor pemerintahan Dinas Perlindungan Anak, yaitu :

a.       Indra Bayu Permana, M.Psi.

b.       Endah Setyarini, S.STP.,M.Psi.


Adapun permasalahan yang diangkat adalah permasalahan remaja di sekitar, pada kesempatan tersebut murid mendapatkan paparan dari ahli, mendapat berbagai tips mengatasi permasalahan, bahkan berdiskusi aktif dengan para pembicara. Dengan demikian mereka membangun profil bernalar kritis terhadap permasalahan di sekitar.











Demikian yang dapat penulis bagikan dengan rekan-rekan sesama pendidik, mohon masukan dengan menuliskan komentar pada postingan ini. Terima kasih. Salam Guru Penggerak!

Berikut adalah file lengkap Sosialisasi Aksi Nyata yang telah dilaksanakan penulis:

Semoga Bermanfaat!