Rabu, 09 Februari 2022

Membangun Budaya Positif di Sekolah melalui Keyakinan kelas, Jurnal Belajar, Restitusi dan Kelas Praktisi

Membangun Budaya Positif di Sekolah melalui Keyakinan kelas, Jurnal Belajar, Restitusi dan Kelas Praktisi



Di susun oleh

Suasticha Mahardika, S.Pd.Si.

(CGP Angkatan IV Kabupaten Cilacap)

Murid-murid kita adalah masa depan bangsa. Kelak merekalah yang akan menjadi para pemimpin dan membangun Indonesia. Seyogyanya mereka bertumbuh menjadi pribadi-pribadi beradab dengan nilai-nilai kemanusiaan yang tertanam kuat. Generasi penerus dengan Profil Pelajar Pancasila yang memenuhi enam ciri utama, sebagai berikut:

  1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berakhlak mulia
  2. Berkebhinekaan global
  3. Bergotong royong
  4. Mandiri
  5. Bernalar kritis
  6. Kreatif

Kunci untuk dapat mewujudkan Profil Pelajar Pancasila adalah pendidikan. Pendidikan yang sesuai dengan pola pandang/pemikiran Ki Hajar Dewantara, yakni pendidikan yang menuntun segala kodrat pada anak-anak sehingga mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan baik sebagai pribadi ataupun sebagai anggota masyarakat.

Berdasarkan pola pembentukan karakter baik, yaitu pola perilaku yang tumbuh dari nilai-nilai keyakinan seseorang, maka seorang pendidik perlu menyadari bahwa sebagai bagian dari sekolah pendidik memiliki akses untuk mengoptimalkan pembentukan karakter baik dalam rangka perwujudan profil pelajar Pancasila ini, baik melalui keteladan atau pun pembiasaan. Namun lebih dari itu, sebuah kondisi yang nyaman dan aman harus diciptakan sebagai ekosistem yang baik bagi tumbuhnya karakter tersebut.

Ekosistem yang dimaksud adalah ekosistem positif dalam bentuk budaya positif. Budaya positif yang dimaksud yaitu keadaan yang mendukung tumbuh dan melekatnya karakter-karakter baik pada diri murid hingga mencapai profil pelajar Pancasila.

Dalam rangka membangun budaya positif di sekolah, penulis melakukan beberapa aksi nyata sebagai berikut:

Menyepakati Keyakinan Kelas

 

Dasar pemikiran dari aksi nyata “Menyepakati Keyakinan Kelas” adalah bahwa setiap perilaku selalu memiliki motif di belakangnya. Motif ini dapat kita sebut sebagai motivasi dan macamnya ada tiga, antara lain motivasi eksternal menghindari hukuman, motivasi eksternal mengharapkan pujian/hadiah dan motivasi internal. Sebuah perilaku akan melekat pada diri seseorang apabila didasari oleh motivasi internal. Motivasi ini tumbuh dari nilai-nilai yang diyakini, sehingga akan dipegang teguh dan tidak mudah goyah. Salah satu upaya menghadirkan motivasi internal adalah dengan menyepakati keyakinan kelas bersama-sama. Ada berbagai cara untuk melakukannya, diantaranya sebagai berikut:

a.       Brainstorming dengan variabel-variabel yang ada di kelas baik secara online maupun secara offline. Cara ini dimulai dari guru memantik partisipasi murid untuk menyusun keyakinan kelas menggunakan kata kunci, seperti :

Kelas Biologi yang saya harapkan:

Siswanya .....

Kegiatan Pembelajarannya ....

Tugasnya .....

Gurunya .....

Jika kegiatan pembelajaran masih dilakukan secara daring / pembelajaran jarak jauh maka bisa memanfaatkan grup WA sebagai sarana.

Gambar Screen shoot WA hasil keyakinan kelas X MIPA 4 Mapel Biologi

b.       Tabel T (Tampak Seperti/Tidak Tampak Seperti) juga dapat menjadi alternatif yang mudah dimengerti dan dilaksanakan oleh murid. Diawali dengan menentukan nilai apa yang mereka yakini ( nilai yang dibutuhkan dalam pembelajaran) lalu dikembangkan menjadi poin-poin yang menggambarkannya juga yang sebaliknya.







Upaya ini dapat menghadirkan kesadaran akan diri secara utuh, sehingga murid mampu menghargai dirinya sendiri dan mencapai kemerdekaan belajar. Mengenalkan mereka dan menanamkan nilai-nilai kebajikan universal bagian dari diri mereka sendiri.

Membuat Jurnal Belajar 

Usaha perwujudan karakter baik diperkuat dengan pembiasaan pembuatan jurnal belajar Jurnal belajar yang dibuat merupakan kegiatan reflektif yang merekam kebermaknaan belajar dengan harapan murid dapat memetik hikmah dari setiap kegiatan belajar yang dilaksanakan terlepas dari materi yang diajarkan dan bergerak untuk memaknai proses.

Dalam jurnal belajar dicantumkan pula hal positif yang mereka dapatkan dengan harapan mereka terbiasa melihat sisi positif dari setiap kegiatan dan dapat mengoptimalkan potensi dengan berfokus pada kelebihannya.

Tidak hanya itu, jurnal belajar juga merekam perasaan yang mereka rasakan pada proses tersebut. Hal ini diasumsikan sebagai upaya melibatkan emosi dalam belajar untuk menjadikannya momen berkesan/bermakna yang menjadi ingatan jangka panjang.

Setelah siswa mengumpulkan jurnal belajar, guru memberikan feedback yang memotivasi dan membangun, serta memberi masukan yang dapat mendukung pengembangan potensi diri dari murid.


Restitusi

Di awal-awal penerapan sangat mungkin terjadi pelanggaran terhadap keyakinan kelas. Hal ini dapat ditangani dengan melaksanakan restitusi, yaitu sebuah upaya introspeksi diri. Introspeksi dilakukan murid yang bersalah dengan didampingi pendidik. Posisi pendidik bukan sebagai penghukum namun sebagai manajer yang membantu murid menemukan solusi untuk memperbaiki dirinya.

Kegiatan restitusi meliputi tiga tahapan, sebagai berikut:

1.       Menstabilkan identitas

2.       Memvalidasi kesalahan

3.       Menanyakan keyakinan

Restitusi bukan paksaan melainkan tawaran. Upaya ini tidak membuat murid menjadi terpuruk melainkan semakin kuat karakternya sehingga dapat kembali ke kelompoknya. Kesalahan yang mereka perbuat menjadi sarana mereka belajar dan menemukan nilai-nilai keyakinan yang semakin kuat mereka pegang. Upaya ini turut mendukung keharmonisan antara pendidik dengan muridnya. Pasalnya murid tidak kehilangan harga diri di hadapan pendidiknya.

Berikut ini adalah contoh upaya restitusi yang telah dilakukan penulis:






Karena pelanggaran terhadap keyakinan kelas ini melibatkan satu kelas, maka penulis berinisiatif menggunakan google form sebagai media restitusi.

Menstabilkan Identitas

Pada identitas form dituliskan pernyataan yang menstabilkan identitas.

Validasi kesalahan


Jawaban siswa:

Pertanyaan berikutnya:


Jawaban Siswa


Menanyakan keyakinan kelas

Jawaban siswa


 Dengan demikian murid belajar dari kesalahannya, dan memiliki motivasi untuk memperbaikinya.

Menyelenggarakan Kelas Praktisi

Selain menanamkan nilai atau karakter baik sebagai upaya membangun budaya positif, penulis juga berkolaborasi dengan rekan calon guru penggerak dan rekan sejawat  dari sekolah tempat penulis bertugas dengan tujuan untuk menginisiasi terselenggaranya kelas praktisi.


Dasar pemikiran dari penulis adalah bahwa murid perlu untuk membuka diri dan wawasan belajar langsung dari ahli. Pada kesempatan ini penulis berkolaborasi dengan alumnus yang berprofesi sebagai psikolog dan bekerja di kantor pemerintahan Dinas Perlindungan Anak, yaitu :

a.       Indra Bayu Permana, M.Psi.

b.       Endah Setyarini, S.STP.,M.Psi.


Adapun permasalahan yang diangkat adalah permasalahan remaja di sekitar, pada kesempatan tersebut murid mendapatkan paparan dari ahli, mendapat berbagai tips mengatasi permasalahan, bahkan berdiskusi aktif dengan para pembicara. Dengan demikian mereka membangun profil bernalar kritis terhadap permasalahan di sekitar.











Demikian yang dapat penulis bagikan dengan rekan-rekan sesama pendidik, mohon masukan dengan menuliskan komentar pada postingan ini. Terima kasih. Salam Guru Penggerak!

Berikut adalah file lengkap Sosialisasi Aksi Nyata yang telah dilaksanakan penulis:

Semoga Bermanfaat!


0 komentar:

Posting Komentar