Break Event Point / Titik Balik Modal
Untuk dapat menjalankan usaha kuliner dengan sukses, seorang pengusaha dituntut memiliki kemampuan manajerial keuangan, diantaranya kemampuan dasar untuk menghitung Break Event Point,
Apa itu Break Event Point?
Break Event Point (BEP) adalah titik balik modal atau titik impas dimana seorang pengusaha tidak mengalami kerugian atau mendapat keuntungan. Perhitungan BEP penting untuk dapat mengukur kemajuan usaha, baik menghitung harga minimal, harga rekomendasi, jumlah produksi yang harus terjual, juga menentukan kondisi usaha dalam keadaan untung atau rugi.
Secara umum terdapat dua macam BEP, yakni:
- BEP Produksi
- BEP Penjualan
BEP Produksi berguna untuk mengetahui jumlah minimal produk yang harus terjual agar balik modal dengan menggunakan harga satuan pasar. Harga satuan pasar artinya harga satuan yang berlaku di pasar. Sedangkan
BEP Penjualan berfungsi menghitung harga minimal yang bisa diterapkan untuk balik modal dengan menjual keseluruhan produk yang diproduksi.
Untuk menghitung BEP kita terlebih dahulu harus mengenal beberapa istilah, sebagai berikut
- biaya operasional
- biaya tetap
- biaya variabel
Biaya operasional dalam bisnis kuliner adalah biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk makanan. Untuk menghitung biaya operasional, kita dapat menjumlahkan biaya tetap dengan biaya variabelnya.
Biaya tetap atau mixed cost dalam laman ocbcnicp.com berarti pengeluaran yang tidak berubah-ubah meskipun terjadi penurunan atau peningkatan penjualan. Biaya tetap meliputi biaya sewa gedung, asuransi, pajak, penyusutan dan tagihan air juga listrik.
Biaya variabel adalah biaya dengan jumlah berubah-ubah mengikuti intensitas pemakaian sumber biaya atau jumlah produknya. Biaya variabel meliputi biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, biaya distribusi produk, dan komisi penjualan.
Nah, untuk berlatih menghitung BEP kita akan menerapkan prinsip sederhana terkait dengan biaya biaya tersebut. Mari simulasikan dalam usaha jualan Brownies Kukus sebagai berikut!
Dalam usaha kuliner pengusaha membutuhkan modal peralatan dan atau tempat yang digunakan untuk produksi. Misalnya pada usaha Brownies kukus Ibu Amena dibutuhkan peralatan antara lain:
- Tabung Gas
- Kompor Gas
- Kukusan
- Mixer
- Loyang
- Baskom
- Spatula
Semua biaya yang dikeluarkan untuk membeli peralatan tersebut tidak dibebankan langsung pada satu kali produksi karena peralatan tersebut masih dapat digunakan pada produksi berikutnya, sehingga yang dihitung hanya penyusutan. Besar prosentase penyusutan tergantung pada jangka penggunaan alat itu sendiri. Namun untuk mempermudah, kita menggunakan prosentase umum penyusutan yakni 10% dari biaya pembelian peralatan.
Misal Ibu Amena menghabiskan Rp 2.000.000,00 untuk pembelian peralatan maka biaya penyusutannya adalah 10% dari 2.000.000,00 yaitu sebesar Rp 200.000,00.
Biaya penyusutan ini menjadi komponen dari biaya tetap dalam usaha kuliner, jika ibu Amena memperkerjakan orang maka upah dari karyawannya juga termasuk, begitu juga dengan sewa gedung dan atau pajak bumi bangunannya.
Selanjutnya kita akan membahas tentang biaya variabel,
Perhatikan resep baku Brownies Kukus Ibu Amena berikut!
- 60 gram tepung terigu
- 40 gram cokelat bubuk (bisa pakai minuman cokelat saset)
- 3 butir telur
- 1/2 sdm garam
- 100 gram gula pasir
- 50 ml minyak goreng
- 1 sdm minyak untuk olesan
Untuk menghasilkan 5 loyang brownies dengan bahan seperti disebut di atas Ibu Ameena menghabiskan uang Rp 100.000,00 untuk membeli bahan-bahan tersebut, maka biaya itulah yang dimaksud dengan biaya variabel. Biaya yang dapat berubah-ubah sesuai dengan jumlah produk yang dihasilkan. Misal untuk memprodduksi 50 loyang tentu tidak mungkin hanya dikeluarkan Rp 100.000,00 melainkan Rp 1.000.000,00.
Mudah bukan memahami biaya tetap dan biaya variabel!
Bagaimana kaitannya dengan BEP?
Biaya operasional = biaya tetap + biaya variabel
BEP Produksi = biaya operasional / harga satuan pasar
BEP Penjualan = biaya operasional / jumlah produk
Maka jika dalam menjalankan bisnis browniesnya Ibu Ameena mengeluarkan Rp 2.000.000 untuk modal alatnya dan menghabiskan Rp 3.000.000 untuk menghasilkan 150 loyang brownies, berapakah
- BEP Produksi, jika harga brownies di pasar 40.000/loyang?
- BEP Penjualan?
Penyelesaian:
Diketahui:
Biaya Beli alat/investasi = 2.000.000
Biaya Variabel = 3.000.000
Jumlah loyang = 150 loyang
Harga pasar = 40.000/loyang
maka
- hitung terlebih dahulu penyusutannya = 10% x 2.000.000 = 200.000
- kemudian hitung biaya produksi = biaya tetap + biaya variabel = biaya penyusutan + biaya variabel = 200.000 + 3.000.000 = 3.200.000
- BEP produksi = 3.200.000/40.000 = 80 , jadi untuk balik modal ibu Ameena harus menjual 80 loyang dengan harga Rp 40.000,-
- BEP penjualan = 3.200.000/150 = 21.333. jadi untuk balik modal ibu Ameena minimal menghargai brownisnya Rp 21.400. 00.
Berdasarkan BEP penjualan (harga minimal), dapat dihitung harga rekomendasinya yaitu 150 % x harga BEP Penjualan = 150 % x 21.400 = Rp 32.100,-
Jadi sebaiknya ibu Amena menjual dengan harga Rp 32.000/loyang Brownies Kukus.
Catatan :
Apabila kamu baru menekuni bidang kuliner dan kamu memperoduksi sejumlah kecil saja, maka kamu tidak perlu memasukan penyusutannya terlebih dahulu karena dapat meningkatkan harga jual menjadi tak lazim.
Menurut kamu apakah ibu Amena untung?rugi? jelaskan jawabanmu!
0 komentar:
Posting Komentar