Guru Asyik

Ngajarnya Asyik Belajar Makin Asyik.

Mentoring Diet Online Mrs.Ticha

Mentoring Diet Berbasis Hypnoteraphy.

SAGUSABLOG (Satu Guru Satu Blog)

Kegiatan yang diprakarsai oleh IKatan Guru Indonesia dalam rangka meningkatkan keterampilan penguasaan teknologi guru berbasis blog.

Minggu, 21 Februari 2021

Produktivitas Ekosistem

Yuk Kita lanjutin membahas tentang ekositem, 

Simak video berikut ya...


Kalian dapat mengajukan pertanyaan di kolom komentar ya ...

Aliran Energi dalam Ekosistem

Salam Semangat!

Belajar mengenai ekosistem maka kita tidak dapat lepas dari belajar aliran energi. 
Sistem yang bekerja di semesta ini menghubungkan satu komponen dengan komponen lain dengan melibatkan perpindahan energi. 
Aliran energi ini yang menjada keberlangsungan kehidupan, sebab setiap makhluk hidup membutuhkan energi untuk melakukan usaha. 
Ingatkah kalian tentang hukum kekekalan energi?
Hukum kekekalan energi menyatakan
"Energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan, namun dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain."
Bagaimana mekanisme aliran energi dalam ekosistem?
Mari simak video berikut:


 Apabila kalian kesulitan memahami video, aktifkan subtitel bahasa Indonesianya. Caranya klik disini.

Jumat, 19 Februari 2021

Lomba Menulis Esai Guruku Banyak Gaya





Lomba Menulis Esai

Dalam rangka anniversary ke 3 channel Youtube Mrs.Ticha Guru Asyik, ikutilah Lomba Menulis Esai dengan tema:

"GURUKU BANYAK GAYA"

Syarat dan Ketentuan Lomba Menulis Esai 


  1. Peserta adalah siswa-siswi yang tergabung dalam kelas Mrs.Ticha atau merupakan alumnus dari kelas Mrs.Ticha. (pernah merasakan belajar bersama Mrs.Ticha)
  2. Peserta membuat essai yang sesuai dengan tema.
  3. Dimana essay yang diikutsertakan dalam kompetisi menceritakan pengalaman mengikuti kelas Mrs.Ticha.
  4. Karya yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Esai ini adalah karya asli.
  5. Essai ditulis dengan mengikuti aturan: huruf Times New Roman 12; spasi 1,5; ukuran kertas F4; dan margin 4-4-3-3. 
  6. Essai minimal 1 halaman dan maksimal 3 halaman.
  7. Waktu Pengumpulannya 20 Febuari - 15 Maret 2021.
  8. Kirimkan karya essai dalam bentuk pdf ke email suasticha@gmail.com
Yuk tuliskan esaimu...
Dan raih kesempatan:
  • memenangkan pulsa untuk 5 esai terbaik
  • berpeluang dibukukan untuk 30 karya terbaik
Mrs.Ticha tunggu karya-karya istimewamu...


Selasa, 16 Februari 2021

SPERMATOPHYTA (Tumbuhan Biji)

 


Spermatophyta (Tumbuhan Biji)


Halo guys...
Salam semangat,
Yuk kita lanjutkan pembelajaran tentang tumbuhan!
Sebelumnya kita sudah membahas Bryophyta dan Pteridophyta yang berkembangbiak dengan spora, kali ini yang akan dibahas adalah tumbuhan yang berkembangbiak dengan biji. 
Tumbuhan ini dikenal dengan tumbuhan biji atau spermathophyta. 
Nah, bagaimana cara mudah mengenali tumbuhan ini? 
Mari kita perhatikan video berikut ini!

1. Video Penjelasan Ciri Spermathophyta dan Gymosperma


2. Video Reproduksi Gymnosperma


3. Video Angiospermae



Nah bagaimana anak-anak?
Dalam video ketiga ada sedikit ralat , coba menurut kamu bagian manakah itu? Silakan jawab di kolom komentar ya! 

Senin, 15 Februari 2021

Teknik Dasar Memasak (2)

Moist Heat Cooking
(Teknik Memasak Dengan Panas Basah)


Pada pembahasan sebelumnya, telah diulas tentang teknik memasak dengan panas kering / Dry Heat Cooking, kali ini kita akan melanjutkan dengan teknik Moist Heat Cooking.

Apa itu Moist Heat Cooking? Dalam laman IDN Times disebutkan bahwa teknik ini mengandalkan pemanasan dengan media air atau pun media uap air. Kurang lebih terdapat 6 macam teknik memasak dengan panas basah. Apa saja? Mari simak penjelasan berikut:


1. Boiling



Teknik boiling alias merebus merupakan teknik yang sangat familiar di kalangan masyarakat. Teknik sederhana dengan media air mendidih. Batasan mendidih yaitu suhu air mencapai 100C dan gelembung udara muncul di permukaaan secara berulang.
Dikutip dari recipe-about-food.com teknik Boil masih dibagi menjadi beberapa cara, antara lain:

Cara 1:

Direbus dengan air/cairan dingin, dan tidak ditutup, keadaan ini akan memberi kesempatan air diserap optimal oleh bahan makanan hingga matang, kelembutannya terjaga serta tektur serat nampak di permukaan.

Cara 2:

Direbus dengan air/cairan dingin dan ditutup dengan harapan makanan masak lebih cepat sehingga kandungan vitamin dan mineralnya terjaga, selain itu warnanya tetap menarik.

Cara 3:

Direbus dengan air/cairan mendidih tanpa menggunakan penutup, cara ini digunakan untuk memasak mie dan pasta. Panasnya dapat mencegah mie/pasta saling menempel.

Cara 4:

Direbus dengan air/cairan mendidih dan ditutup, cara ini bisa digunakan untuk merebus daging.

2. Simmering



Teknik simmering dilakukan dengan perebusan suhu 85-96 C dengan harapan dapat menjaga vitamin dan mineral dari bahan makanan. Selain itu teknik ini juga dilakukan untuk bahan makanan yang punya tekstur padat agar menjadi lebih lembut.

3. Poaching

Poach


Teknik poaching dilakukan dengan perebusan suhu 71-82 C dengan sedikit air, dengan tujuan menjaga tekstur makanan tetap lembut. Contohnya ketika merebustelur tanpa kulit.

4. Blanching

Blanching
Teknik Blancing yaitu merebus dengan air mendidih secara singkat, tidak hanya untuk mematangkan tapi juga membersihkan kotoran dengan tetap mempertahankan bentuk, tekstur, juga warnanya. Pastikan air benar-benar telah mendidih.

5. Steaming

Steaming
Teknik steaming mengandalkan uap panas untuk mematangkan makanan. Bisa dilakukan dengan tekanan atau tanpa tekanan. Teknik steam tanpa tekanan dikenal dengan mengukus, sedangn steam dengan tekanan menggunakan alat seperti presto. Teknik ini hanya membutuhkan waktu yang singkat, dan tidak merusak kandungan mineral dan vitamin dari bahan makanan.

6.Stuffing

Teknik stuffing adalah teknik memasak dengan cairan atau saus dengan perbandingan 1:1. umumnya untuk mengolah daging, dengan diawali dry heat cooking untuk menghilangkan lemak.


Sumber:

https://www.idntimes.com/food/diet/febby-arshani/cooking-101-mari-mengenal-teknik-moist-heat-cooking-c1c2/6

https://recipe-about-food.com/6-moist-heat-cooking-method/


Teknik Dasar Memasak (3)

Fat Cooking
(Memasak Menggunakan Lemak/Minyak)




Teknik masak terakhir yang akan kita bahas adalah teknik memasak dengan menggunakan minyak. Berikut adalah macam-macam dari Fat cooking:

1.Frying
2.Sautening
3.Stir Frying
4.Shallow Frying
5.Deep Frying

Mungkin istilah-istilah ini terdengar asing, namun kenyataannya teknik ini paling sering dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Frying



merupakan teknik memasak menggunakan minyak, margarin, atau mentega.Kita lebih sering menyebutnya dengan menggoreng.

Sautening

Sautening berarti menumis, yaitu memasak dengan sedikit minyak. Berikut adalah contoh masakan yang dimasak menggunakan teknik ini:
Tumis Kangkung
Sumber: Midori, CC BY 3.0, via Wikimedia Commons

Stir Frying



Teknik yang satu ini merupakan teknik memasak yang sangat khas dengan alat berupa wajan cekung (wok) pada suhu tinggi dan meratakan kematangan dengan menggoyang-goyang wajannya. Minyak yang digunakan hanya sedikit.

Shallow frying

Perkedel digoreng dengan teknik shallow frying


adalah memasak dengan penggorengan ceper, sehingga tidak terlalu banyak minyak yang digunakan.

Deep frying

Makanan yang dimasak dengan Deep Frying

Berbeda dengan shallow frying yang menggunakan penggorengan ceper, teknik deep fryng butuh penggorengan yang cukup besar, dengan minyak yang cukup banyak, untuk menggoreng bahan makanan hingga tenggelam dalam minyak dengan harapan memperoleh tekstur renyah.

Sumber: 
https://teyjuga.wordpress.com/2013/09/22/istilah-istilah-teknik-memasak-3-fat-cooking/

Selasa, 09 Februari 2021

Pteridophyta/Tumbuhan Paku

 

Karakteristik Pteridophyta/Tumbuhan Paku

Adiantum sp
Sumber: Vengolis, CC BY-SA 3.0, via Wikimedia Commons

Perhatikan gambar di atas?
Apakah kamu tahu nama tumbuhan di atas?
Tumbuhan tersebut merupakan  Adiantum sp, salah satu anggota dari divisi Pterydophyta alias Paku. Kita mungkin lebih sering mengenalnya dengan sebutan suplir, karena umumnya dijadikan sebagai tanaman hias.

Paku termasuk ke dalam tumbuhan Tracheophyta artinya paku memiliki pembuluh angkut (xilem dan floem). Sebagai tumbuhan, paku tentunya memenuhi ciri tumbuhan lainnya seperti :

  • eukariotik
  • multiseluler komplek
  • berdinding sel selulosa
  • berklorofil
  • autotrof (mampu berfotosintesis)
Jika diamati lebih dekat, kalian akan dapat menemukan keistimewaan tumbuhan ini. Perhatikan gambar berikut!

sporofil
Sumber: Jerzy OpioÅ‚a, CC BY-SA 4.0, via Wikimedia Commons

Fokuslah pada bagian tepi daunnya! Pada bagian tersebut tampak ada noktah kecoklatan, bila diperbesar kamu akan menemukan sorus.

sorus
Sumber: Pinterest

Sorus merupakan kumpulan dari sporangium ( yang didalamnya terkandung sel induk spora / bakal spora ). Daun bersorus diseput dengan daun sporofil (daun yang menghasilkan spora). Nah inilah salah satu kekhasan dari paku yang membedakannya dengan tumbuhan lain. 

Tidak hanya itu, karakteristik unik dari paku yang lainnya adalah memiliki sirsinat (daun muda yang menggulung) seperti gambar di bawah ini.


sirsinat
Sumber :  Amanda Slater from Coventry, England, CC BY-SA 2.0, via Wikimedia Commons

Struktur Pteridophyta

Jika diamati secara keseluruhan, akan lebih mudah membedakan akar, batang dan daunnya. Keberadaan xilem dan floem mendukung terbentuknya akar, batang dan daun sejati. Dengan demikian paku termasuk ke dalam tumbuhan cormophyta. Mari kita bahas mengenai strukturnya!

struktur paku
Sumber: Pinterest

Secara umum tumbuhan paku terdiri dari:

  1. Akar (root) yang dilindungi kaliptra dan berupa serabut.
  2. Batang yang tumbuh menjalar di bawah tanah (rhizome)
  3. Pelepah Daun (frond) yang tersusun atas tangkai daun (stalk) dan helaian daun (blade). 
  4. Sirsinat (fiddlehead) yaitu daun muda menggulung.
Daun paku dapat dibedakan berdasarkan ukurannya menjadi dua, yaitu:
  • daun mikrofil yang berukuran kecil berupa sel selapis yang berbentuk rambut
  • daun makrofil yang berukuran besar namun tipis, dilengkapi epidermis dan mesofil, punya tangkai daun dan tulang daun.
Tidak hanya berdasar ukurannya, tetapi juga dibedakan berdasarkan fungsinya:
  • tropofil yang berperan dalam fotosintesis
  • sporofil yang menghasilkan spora

Reproduksi Paku

Berbeda dengan lumut, metagenesis pada paku didominasi oleh generasi sporofit, wujud sporofitnya adalah tumbuhan paku yang sering kita  jumpai. Paku juga membutuhkan air sebagai media fertilisasi spermatozoid ke ovum. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut!

Sumber:  NuriaWrite, CC BY-SA 3.0, via Wikimedia Commons

Berdasarkan gambar di atas kita dapat mengetahui tahapan reproduksi paku sebagai berikut:
  1. spora tumbuh dan berkembang menjadi protalium melalui pembelahan mitosis
  2. protalium terus berkembang hingga membentuk struktur anteridium dan atau arkegonium. Anteridium berperan sebagai penghasil gamet jantan (spermatozoid) sedangkan arkegonium berperan sebagai penghasil gamet betina (ovum).
  3. Ketika anteridium matang maka kantungnya pecah melepas spermatozoid, pada saat ini dibutuhkan air yang cukup untuk menggenangi protalium sehingga spermatozoid dapat berenang menuju ovum dalam arkegonium. Ovum telah mengeluarkan feromon sebagai sinyal kimia untuk mengundang spermatozoid.
  4. Setelah spermatozoid menjangkau ovum terjadilah fertilisasi yang membentuk zigot.
  5. Zigot yang terbentuk akan tumbuh dan berkembang menjadi tumbuhan paku.
  6. Tumbuhan paku dewasa memiliki daun-daun sporofil (penghasil spora) yang mengandung sel induk spora 
  7. Sel induk spora ini kemudian mengalami meiosis, sehingga dihasilkan spora-spora haploid yang selanjutnya akan mengulang putaran siklus kembali.
Apabila digambarkan dengan bagan, maka akan tampak sebagai berikut!
Metagenesis Paku Homospora

KLASIFIKASI PTERIDOPHYTA


Divisi Pteridophyta dapat dibedakan menjadi 3 jenis, berdasarkan sporanya:
  1. Paku Homospora : Paku kelompok ini menghasilkan bentuk dan ukuran spora yang sama. Contoh dari paku homospora adalah Lycopodium sp (Paku Kawat).
  2. Paku Heterospora : Paku kelompok ini menghasilkan spora berukuran kecil (mikrospora) yang berkembang menjadi anteridium, dan spora berukuran besar (makrospora) yang berkembang menjadi arkegonium. Contoh dari paku heterospora adalah Selaginella widenowii dan Marsilea crenata.
  3. Paku Peralihan:  Paku kelompok ini menghasilkan spora dengan bentuk dan ukuran yang sama namun jenis kelamin jantan dan betina. Contoh dari paku peralihan adalah Equisetum debile (paku ekor kuda).
Perhatihan perbandingan bagan dari ketiga jenis paku di atas!
Metagenesis Paku Homospora

Metagenesis Paku Heterospora

Metagenesis Paku Peralihan
Sedangkan secara taksonomi, Paku dibedakan menjadi empat kelas, yaitu 
  1. Psilophtinae (Paku Purba)
  2. Lycopodinae (Paku Kawat)
  3. Equisetinae (Paku Ekor Kuda)
  4. Filicinae (Paku Sejati)

Psilophtinae/Paku Purba 

Psilotum nudum

Sumber : Forest & Kim Starr, CC BY 3.0 US, via Wikimedia Commons

Gambar di atas menunjukkan spesies Psilotum nudum yang merupakan contoh dari paku purba. Apabila diamati dari dekat akan tampak beberapa bagian sebagai berikut: 
  • batang dikotom atau batang bercabang dua yang berperan dalam fotosintesis.
  • daun mikrofil yang menyerupai sisik kecil melekat pada batang
  • sporangium berbentuk bulatan-bulatan kuning yang melekat pada ruas-tuas batang
Paku purba merupakan paku paling primitif yang belum dilengkapi dengan pembuluh angkut. Spesiesnya sangat terbatas. Kelas paku ini termasuk kedalam paku homospora

Lycopodinae (Paku Kawat)

Lycopodium


Paku Kawat, sebutan ini muncul mengacu pada batang daunnya yang menyerupai kawat sepeti gambar di atas. Kekhasan kelas ini adalah sporangium-sporangium yang membentuk strobilus kerucut di ujung batang. Strobilus merupakan kumpulan dari sporangium. Anggotanya ada yang masuk ke dalam paku homospora yaitu Lycopodium, sedangkang anggotanya yang lain yaitu  Selaginela widenowii  masuk ke dalam paku heterospora.

Equisetinae (Paku Ekor Kuda)

Equisetum sp

Kelas berikutnya adalah Equisetonia alias paku ekor kuda. Sebutan ini dikarenakan batang beruas dengan daun menyerupai kawat yang melingkarinya (seperti gambar di atas). Setelah terjadi fertilisasi, strobilus akan tumbuh di ujung batang dengan betuk kerucut seperti gambar berikut:

Strobilus Equisetonia


Selain itu Paku Ekor Kuda khas dengan batang berongganya yang bersifat keras dan mengandung silika. Bubuk dari batang paku ini dijadikan bahan baku alat penggosok seperti amplas. Berdasarkan spora yang dihasilkan paku ekor kuda dapat digologkan ke dalam paku peralihan.

Psilopsida (Paku Sejati)

Sumber: © William Crochot / Wikimedia Commons 

Psilopsida merupakan paku sejati. Dilengkapi dengan daun makrofil dengan sporangium yang terletak di bawah sporofil (daun penghasil spora). Sporangium paku sejati sering disebut dengan sori. Kumpulan sori membentuk sorus. Wujudnya noktak kecoklatan di bagian bawah daun. Daun mudanya menggulung membentuk sirsinat. Kekhasan daunnya sangat mencolok jika dibandingkan dengan kelas lainnya.

Banyak jenis psilopsida yang dijadikan tanaman hias, seperti :

  • Adiantum sp ---> suplir
  • Asplenium nidus ---> sarang burung
  • Platycerium bifurcatum ----> paku tanduk rusa

Peran Paku dalam Kehidupan

Tabel Peran Paku

Nah, demikian penjelasan tentang Pteridophyta.
Apakah sudah cukup jelas?
Tulis pertanyaanmu di kolom komentar ya...

Selasa, 02 Februari 2021

Bryophyta (Tumbuhan Lumut)

Karakteristik Bryophyta/Tumbuhan Lumut

Lumut, sebutan ini sebenarnya sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari. Namun apakah yang disebut dengan lumut itu benar-benar Bryophyta atau malah organisme dari Kingdom lain yang memiliki kemiripan dengannya?
Mari kita cari tahu bersama!
Marchantia polimorpha
Sumber: Bernd HaynoldCC BY-SA 3.0, via Wikimedia Commons

Gambar di atas menunjukkan salah satu contoh dari anggota Bryophyta, Marchantia polimorpha.
Apakah kamu bisa menunjukkan mana bagian batang atau daunnya? 
Ya, sulit untuk dapat membedakan organ-organ pada Lumut, sebab berbeda dengan divisi tumbuhan lainnya lumut tidak sepenuhnya mengalami diferensiasi jaringan, tubuhnya masih berupa tallus.
Lumut dikatakan peralihan dari thallophyta (tumbuhan bertalus) ke cormophyta (tumbuhan dengan akar, batang, dan daun sejati).
Tubuhnya tidak memiliki pembuluh angkut (xilem dan floem) sehingga digolongkan kedalam kelompok tumbuhan atracheophyta/tidak berpembuluh. Transportasi zat antar selnya terjadi secara difusi. 
Meskipun demikian lumut memiliki kekhasan tumbuhan seperti:
  • selnya eukariotik
  • multiseluler
  • dinding sel dari selulosa
  • berklorofil
  • mampu berfotosintesis --->  autotrof
  • mengalami metagenesis
Foto oleh form PxHere

Di manakah kita bisa menemukan tumbuhan lumut?
Yup, lumut merupakan amphibious plant, tumbuhan yang mengalami peralihan dari habitat air ke darat. Sehingga kita akan mudah menjumpainya di tempat yang lembab dan basah. 
Air penting bagi lumut, bukan hanya sebagai bahan baku fotosintesis melainkan sebagai media reproduksi. Sebelum membahas lebih lanjut perlu diketahui bahwa dalam reproduksi tumbuhan dihasilkan gamet jantan dan betina. Gamet jantan pada lumut berupa spermatozoid dan gamet betinanya berupa ovum. 
Nah, spermatozoid dapat menjangkau ovum dengan bantuan air, baik itu air hujan, ataupun air yang menggenangi tumbuhan lumut. 
Metagenesis pada lumut didominasi fase gametofit. Fase gametofit lumut berupa tumbuhan lumut itu sendiri, sifatnya haploid, dan mampu membentuk gamet. Jika gamet jantan dan betina mengalami fertilisasi maka akan terbentuk generasi sporofitnya yang menghasilkan spora.
Oke, jadi apa saja ciri-ciri yang dapat kita gunakan untuk mengidentifikasi lumut:
  1. eukariotik
  2. multiseluler
  3. berdinding sel selulosa
  4. berklorofil dan dapat berfotosisintesis ---> autotrof
  5. tidak memiliki pembuluh angkut
  6. tubuhnya berupa talus
  7. hidup di lingkungan lembab dan basah
  8. reproduksinya bergantung pada air
  9. fase gametofitnya lebih dominan dibanding fase sporofit.
  10. menghasilkan spora

Struktur Tubuh



Tubuh lumut yang berupa talus memiliki bagian-bagian yang menyerupai akar, batang, dan daun. Bagian-bagian ini nampak justru pada fase gametofit yaitu fase penghasilan gamet. Bagian yang meyerupai akan dikenal dengan struktur rizoid, terletak di bagian bawah lumut dan merekat pada substrat hidupnya.

Reproduksi Bryophyta/Lumut

Sumber: Htpaul, CC BY-SA 3.0, via Wikimedia Commons

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa lumut mengalami metagenesis, dengan fase dominan gametofit. Mari kita pelajari bersama bagaimana pergiliran keturunannya terjadi! Perhatikan bagan di atas!

Tahapan reproduksi lumut adalah sebagai berikut:

  1. spora (haploid/n)  berkecambah menjadi protonema (haploid/n)
  2. protonema tumbuh menjadi tumbuhan lumut
  3. tumbuhan lumut dewasa akan membentuk gametofit jantan (anteridium) dan gametofit betina (arkegonium)
  4. anteridium menghasilkan spermatozoid, sedangkan arkegonium menghasilkan ovum.
  5. ketika spermatozoid matang, dan terkena tetesan hujan atau embun, spermatozoid akan menjangkau ovum dalam arkegonium
  6. terjadilah fertilisasi ovum oleh spermatozoid menghasilkan zigot dalam arkegonium.
  7. Zigot (diploid/2n) akan menumbuhkan seta dengan ujung sporangium.
  8. Di dalam sporangium terdapat sel induk spora (diploid/2n)
  9. sel induk spora kemudian mengalami meiosis menghasilkan spora (haploid/n)
  10. spora ini kemudian dilepaskan ke lingkungan ketika sporangiumnya pecah, siklus pun terus berulang.
Apabila disusun dalam betuk bagan metagenesis maka akan menjadi:
Metagenesis Lumut

Klasifikasi Lumut

Lumut diklasifikasikan menjadi 3 kelas berdasarkan bentuk gametofitnya, adapun 3 kelas tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Bryopsida atau Lumut Daun
  2. Hepaticopsida atau Lumut Hati
  3. Antocheropsida atau Lumut Tanduk
Untuk memudahkan kita membedakan ketiga kelas tersebut perhatikan tabel berikut!
Tabel Perbedaan Lumut

Sumber Gambar Lumut:
Alfa Nadhya, CC BY-SA 4.0 , via Wikimedia Commons 
J.F Gaffard Jeffdelonge at fr.wikipedia, CC BY-SA 3.0 , via Wikimedia Commons 
HermannSchachner, CC0, via Wikimedia Commons

Untuk peran lumut dapat kamu lihat pada tabel di atas ya!
Demikian penjelasan tentang lumut!
nantikan video pembahasannya di channel Youtube Mrs.Ticha Guru Asyik.
Salam Semangat!