Menjadi Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Aset
Suasticha Mahardika, S.Pd.Si.
CGP Angkatan 4 Kabupaten Cilacap
Murid ibarat benih yang
hanya dapat tumbuh baik dan subur ketika mendapat lingkungan yang sesuai dengan
kebutuhannya. Setiap murid memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, hal ini dapat
dilihat dari kesiapan belajar mereka, minat dan profil belajarnya. Dengan demikian guru sebagai petani yang
merawat tumbuhnya benih perlu menganalisis kebutuhan muridnya tersebut, lalu merencanakan
pembelajaran yang mengakomodasi keautentikan tersebut. Harapannya sejalan
dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara, guru dapat mengantar murid menemukan
kebahagiaannya baik sebagai seorang pribadi atau pun sebagai seorang anggota
masyarakat.
Perencanaan
pembelajaran perlu disusun dengan matang mengimplementasikan pembelajaran
berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional, sehingga murid akan
berkembang sesuai dengan kodrat alam dan jamannya. Tidak hanya itu dengan integrasi
pembelajaran sosial emosional mendorong murid menjadi pribadi dengan kesadaran
penuh dan mengambil peran dalam hidup bermasyarakat.
Arah pembelajaran
jelas, yakni mewujudkan profil pelajar Pancasila yang meliputi beriman dan bertakwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong
royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Dengan semangat keberpihakan
pada murid guru membangun ekosistem well being, ekosistem yang mendukung tumbuhnya
karakter baik modal tertanam profil pelajar Pancasila.
Dalam usaha mewujudkan ekosistem well-being
inilah seorang guru menjalankan perannya sebagai pemimpin pembelajaran dalam
pengelolaan aset. Segala bentuk potensi yang ada di sekolah harus didayagunakan
dan dioptimalkan. Pendekatan yang digunakan adalah Pengembangan Komunitas Berbasis
Aset atau PKBA. Pendekatan ini berfokus pada kekuatan, pada apa yang bekerja,
pada apa yang menginspirasi. Dengan demikian upaya membangun ekosistem
well-being lebih efektif dan efisien karena tidak ada lagi waktu yang terbuang hanya
untuk mencari-cari kendala-kendala yang
mungkin akan muncul dan merencanakan solusinya.
Ada tujuh modal utama
yang bisa digali untuk dipetakan dan dikembangkan. Ketujuh modal utama tersebut
antara lain:
- Modal manusia
- Modal sosial
- Modal fisik
- Modal lingkungan/alam
- Modal finansial
- Modal politik
- Modal agama dan budaya
Upaya pemetaan menjadi sangat penting dalam
rangka menemukan terobosan-terobosan baru untuk mendukung keberpihakan pada murid
seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya. Keberpihakan yang diwujudkan dalam
pembelajaran berkualitas yakni pembelajaran yang bermakna dan memberi ruang
untuk kemerdekaan belajar.
Misalnya dengan
melakukan pemetaan modal manusia, seorang guru dapat memetakan narasumber-narasumber
baik praktisi atau pun profesional dari kalangan orang tua atau masyarakat sekitar
yang dapat menjadi sumber belajar bagi murid sehingga meningkatkan kebermaknaan
belajar. Di sisi modal sosial, keberadaan berbagai asosiasi atau organisasi murid
di sekolah menjadi ajang latihan leadership sekaligus team work bagi murid
meningkatkan keterampilan berelasi (kompetensi sosial), atau mungkin dengan
pemetaan tertangkap aset aset fisik terbengkalai seperti lahan-lahan tak
produktif yang dapat dihidupkan kembali bahkan menjadi sarana untuk murid mengaktualisasikan
dirinya.
Saya sebelum mempelajari
tentang pengembangan komunitas berbasis aset sering menggunakan pendekatan lama yang fokusnya pada kelemahan,
kendala, masalah. Kebiasaan yang membuat saya patah semangat dan tidak
berkembang. Setelah mempelajari modul ini saya sadar bahwa sekolah benar-benar tidak
hanya dikelilingi bahkan memiliki aset-aset potensial yang berguna untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.
Tidak hanya itu dalam
proses pemetaan saya pun dipaksa untuk berkolaborasi dan berkoordinasi dengan
rekan-rekan lain, sehingga sangat mungkin potensi aset yang saya lihat ternyata
belum lengkap dan dilengkapi dari sudut pandang rekan saya tersebut. Misalnya
ketika saya membahas tentang green house yang terbengkalai di sekolah, ternyata
ada lahan kosong di samping mushola yang bisa dihidupkan kembali menjadi apotik
hidup. Semangat kemudian tumbuh setiap kali saya melihat potensi dan kekuatan
yang kami miliki sehingga saya optimis bahwa saya akan dapat merencanakan
pembelajaran yang berkualitas untuk kemudian saya laksanakan dan terapkan
sehingga keberpihakan pada murid dapat membudaya di sekolah saya.