Guru Asyik

Ngajarnya Asyik Belajar Makin Asyik.

Mentoring Diet Online Mrs.Ticha

Mentoring Diet Berbasis Hypnoteraphy.

SAGUSABLOG (Satu Guru Satu Blog)

Kegiatan yang diprakarsai oleh IKatan Guru Indonesia dalam rangka meningkatkan keterampilan penguasaan teknologi guru berbasis blog.

Selasa, 31 Mei 2022

Pengembangan Komunitas Berbasis Aset

 


Pengembangan Komunitas Berbasis Aset merupakan pengembangan komunitas dengan pendekatan pada apa yang menjadi kekuatan, apa yang menjadi potensi, dan apa yang menginspirasi. Fokus utamanya pada kekuatan.

Senin, 30 Mei 2022

Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran


Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran



Filosofi Pratap Triloka dan Pengaruhnya dalam pengambilan keputusan

Guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran memiliki kewajiban menuntun para murid mencapai kebahagiaan sebagai pribadi ataupun anggota masyarakat. Setiap keputusan yang diambil guru dalam proses pembelajaran akan menentukan masa depan muridnya.Setiap keputusan tersebut semestinya memprioritaskan kebutuhan murid dan berlandaskan nilai-nilai kebajikan. Dalam dunia kependidikan dikenal filosofi Pratap Triloka Ki Hajar Dewantara yang meliputi ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani , semboyan ini relevan dipedomani oleh guru dalam menentukan arah keputusannya. Hal ini berarti bahwa keputusan diambil harus dapat menjadi contoh/teladan yang baik bagi murid, memotivasi murid, dan mendorong murid untuk mengoptimalkan potensinya.

Nilai diri dan Prinsip-prinsip dalam Pengambilan Keputusan

Pada dasarnya keputusan seseorang adalah citra dirinya sendiri. Bagaimana seseorang mengambil keputusan sangat bergantung pada nilai-nilai yang tertanam di dalam dirinya, sehingga preferensi prinsip-prinsip pengambilan keputusan yang diambil pun bisa berbeda antara satu orang dengan orang yang lainnya.

Dalam pengambilan keputusan sendiri terdapat 3 prinsip  dasar, di antaranya:

1.      Rule base Thinking (Berpikir berbasis Peraturan)

2.      End base Thinking (Berpikir berbasis Hasil Akhir)

3.      Care base Thinking. (Berpikir berbasis Rasa Peduli)

Sebagai contoh, guru sendiri yang meyakini bahwa keputusan yang terbaik adalah keputusan yang membawa kebaikan untuk lebih banyak orang, maka prinsip yang mendasarinya adalah end base thinking. Keputusan guru tersebut tentu bisa berbeda dengan guru lain yang taat peraturan dan berprinsip rule based thinking.

Coaching dan Pengukuran Efektivitas Keputusan

Dalam pengambilan keputusan, coaching dari pendamping atau fasilitator dapat membantu mengukur efektivitas pengambilan keputusan. Alur coaching yang menggali potensi coachee dengan komunikasi yang memberdayakan, pertanyaan reflektif, juga umpan balik positif akan menguatkan nilai-nilai kebajikan yang mendasari pengambilan keputusan sekaligus menguatkan kepercayaan dan komitmen terhadap diri. Tidak hanya itu melalui model TIRTA dengan tahapan tujuan umum, identifikasi, rencana aksi, dan tanggung jawab, seorang guru akan mampu mengambil keputusan yang sistematis dengan pola pandang holistik. Penerapan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan pun akan dapat dioptimalkan.

Pengaruh Kematangan Sosial Emosional

Ketepatan dan kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran tidak terlepas dari kematangan sosial emosional seseorang guru. Kompetensi kesadaran diri dapat membuat guru mengenali dan mengendalikan emosi dengan baik, sehingga tetap tenang dalam proses pengambilan keputusan. Pengenalan dan pengendalian emosi ini mendukung kemampuan managemen diri yang tentunya mempermudah guru memposisikan diri sesuai kebutuhan, termasuk sebagai pengambil keputusan. Selain itu keterampilan sosial emosional yang lainnya adalah memiliki kesadaran sosial, dengan keterampilan ini saat memutuskan guru tidak hanya melihat dari sudut pandangnya sendiri melainkan melihat dari berbagai sisi dengan empati. Terakhir adalah keterampilan berelasi, di mana dalam proses pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran seorang guru dihadapkan dengan beberapa pihak yang mungkin berbeda kepentingan namun dengan keterampilan ini guru mampu mengambil keputusan yang terbaik dan bisa jadi win win solution. Akhirnya kematangan sosial emosional akan dapat melahirkan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Studi Kasus Moral atau Etika

Menjalankan tugas sebagai pemimpin pembelajaran menghadapkan guru pada berbagai kasus baik bujukan moral atau pun dilema etika. Melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian kasus-kasus tersebut guru dapat mengambil keputusan bertanggung jawab berdasarkan nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya. Seperti yang saya tuliskan sebelumnya bahwa keputusan adalah citra diri yang menggambarkan paradigma berpikir, prinsip pengambilan keputusan, bahkan kematangan sosial emosional dari guru.

Sebagai seorang pendidik, setiap langkah harus berpedoman pada nilai-nilai kebaikan dengan menginternalisasi pratap triloka Ki Hajar Dewantara (ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani). Hal tersebut berarti pengambilan keputusan pun selaras dengan nilai kebaikan dan pratap triloka Ki Hajar Dewantara tersebut.

Tidak hanya itu, sebagai pemimpin pembelajaran yang bertugas menuntun laku para murid maka keberpihakan pada murid juga menjadi nilai penting yang harus ada dalam pertimbangan pengambilan keputusan seorang guru.

Keputusan Tepat, Ekosistem well-being

Ekosistem well-being dalam dunia pendidikan mengisyaratkan perwujudan kemerdekaan belajar bagi murid dan terciptanya lingkungan belajar yang aman dan nyaman. Ekosistem semacam ini akan dapat direalisasikan apabila guru sebagai pemimpin pembelajaran dapat mengambil keputusan yang tepat, yakni keputusan yang berpihak pada murid, menginternalisasi filosofi Ki Hajar Dewantara, berpedoman pada nilai-nilai kebajikan universal dan berkelanjutan. Berkelanjutan artinya memberi peluang pada berkembangnya budaya positif di sekolah, serta memberdayakan warga sekolah untuk mengoptimalkan potensi yang mereka dan atau sekolah miliki.

Tantangan dalam  Pengambilan Keputusan

Mengambil keputusan yang memuaskan semua pihak bukan hal yang mudah, perbedaan pola pandang dan prinsip menjadi dasar kepentingan yang berbeda antar pihak. Ada kalanya keputusan yang berpihak pada murid dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care Base Thinking) bertentangan dengan guru-guru yang memiliki prinsip (Rule Base Thinking) dan menomor satukan peraturan. Tidak ada yang salah, karena pada kasus dilema etika keduanya berpegang pada nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama benar. Untuk itu kematangan sosial emosional yang dapat menjadi solusinya. Sebagai individu yang memiliki kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, kemampuan berelasi, dan kemampuan mengambil keputusan yang bertanggung jawab, guru akan mampu melihat secara holistik (menyeluruh) dan menerapkan kesembilan langkah yang ada, -eradaptasi dan berstrategi untuk menemukan win win solution untuk kebaikan bersama.

Kemerdekaan Belajar Murid

Keputusan yang telah diambil dengan menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, berpedoman pada paradigma benar lawan benar, dengan salah satu dari 3 prinsip pengambilan keputusan merupakan keputusan bertanggung jawab yang menjiwai pratap triloka Ki Hajar Dewantara. Dengan keputusan yang berpihak pada murid, dapat memberi teladan, motivasi dan dorongan dari belakang adalah modal penting bagi seorang murid mencapai kemerdekaan belajar. Pasalnya melalui keputusan ini tercipta ekosistem well being yang akan mendorong tumbuhnya budaya positif dan mewujudkan kemerdekaan belajar.

Masa Depan Murid

Keputusan yang tepat dan efektif akan mengantarkan kebahagiaan dan keselamatan pada murid-murid. Hal ini selaras dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan itu berarti menuntun laku mereka menemukan kebahagian. Upaya ini pun dapat dioptimalkan lantaran ekosistem yang terbina dari keputusan tersebut yaitu ekosistem well being yang berbudaya positif. Oleh karena keputusan merupakan citra diri sesorang, maka sebagai seorang  pemimpin pembelajaran guru selayaknya menginternalisasi filosofi pratap triloka, berpihak pada murid dan matang secara sosial emosional.

Kesimpulan

Pengambilan Keputusan sebagai pemimpin pembelajaran merupakan tanggung jawab besar seorang guru karena turut menentukan masa depan murid. Ketepatan dan keefektifan dari keputusan harus selalu diupayakan agar terwujud kemerdekaan belajar murid. Keterampilan ini harus terus diasah dengan selalu berpedoman pada nilai-nilai kebaikan, selaras dengan filosofi Ki Hajar Dewantara, dan berpihak pada murid. Untuk dapat mengoptimalkan tugas ini seorang guru harus memiliki kematangan sosial emosional. Langkah strategis yang dapat dilakukan yaitu dengan menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan.