Senin, 05 Oktober 2020

Pemanenan dan Penetasan Telur Lele / Persiapan Pembenihan

Pemanenan dan Penetasan Telur Lele

Tahapan setelah Pemijahan Ikan Lele adalah Pemanenan Telur dan Penetasan Telur

Sebenarnya pada saat mempersiapkan kolam untuk pijah, sebaiknya pembudidaya sekaligus mempersiapkan kolam penetasan. Mengapa? Tujuannya adalah untuk mengurangi tingkat mortalitas pada larva lele baik karena keadaan abiotik kolam pijang yang kurang sesuai dengan kebutuhan larva juga karena ancaman dari induknya sendiri. 

Kolam penetasan disarankan menggunakan akuarium. Pasalnya kolam yang langsung terkena sinar matahari dan hujan dapat menyebabkan kematian pada larva dikarenakan suhu tidak stabil.

Kolam penentasan diisi dengan air dengan ketinggian 20-30 cm, lalu diberi methylen blue. 


Methylen blue merupakan bakterisida dan fungisida untuk akuarium, sehingga air untuk penetasan terjamin kesterilannya dari bibit penyakit.

Dosis yang dianjurkan untuk penggunaan methylen blue adalah 2mg/liter. 

Kolam penetasan dilengkapi dengan dua alat penting:

1. aerator : untuk mengaerasi kolam/menambah jumlah oksigen terlarut.

2. water heater : untuk meningkatkan suhu air, sehingga tercipta kondisi ideal 24-26 derajat Celcius.


Telur ikan lele sendiri bersifat adesif/melekat kuat pada substrat, sehingga akan menempel pada kakaban yang disediakan pada kolam pijah. 

Keesokkan hari setelah pemijahan telur-telur yang menempel pada kakaban tersebut diangkat dengan hati-hati untuk dipindahkan ke kolam penetasan.

Posisi kakaban disesuaikan agar rata dan memastikan telur-telur berada dibagian bawah dan terendam air.

Telur-telur yang berhasil dibuahi akan berwarna kuning cerah kecoklatan, selain itu pada permukaan kolam tampak seperti ada lapisan minyak. Sedangkan telur-telur yang gagal dibuahi akan berwarna putih.

Oleh karena itu telur-telur ini perlu dipindahkan segera agar tidak mengkontaminasi telur yang sehat.

Penetasan telur sendiri dapat terjadi 18-24 jam setelah pemijahan.

Perawatan Telur

Untuk menjaga kualitas air selama menunggu penetasannya, air diberi sedikit aliran melalui aerasi menggunakan aerator. 

Jika penetasan berhasil maka larva akan berkumpul di dasar kolam. Kakaban kemudian dipindahkan/diangkat.

Larva tetasan akan mulai menyebar setelah berumur 2 hari, sampai 3 hari pembudidaya tidak perlu memberi pakan sebab sumber makanan larva berasal dari kuning telurnya sendiri.

Pada hari keempat barulah pakan alami diberikan yaitu berupa cincangan cacing rambut/tubifex atau kutu air/daphnia. Frekuensi pemberian pakan adalah dua kali sehari pagi dan sore hari. Alasan pemberian pakan alami adalah menghindari penurunan kualitas air akibat sisa pakan buatan yang mengendap.

Untuk mempertahankan kehidupan larva ini pembudidaya harus rajin mengganti air yakni setiap 2-3 hari sekali, dengan teknik penyiponan. 

Teknik ini menggunakan selang yang diisap lalu diarahkan ke dasar kolam untuk membersihkan kotoran di dasar kolam tersebut. Air yang diganti kurang lebih 50-70%.

Proses pemeliharaan ini berlangsung 7-10 hari hingga larva siap dipanen sebagai benih ukuran 1-1,5 cm.

Referensi:

https://suksesmina.wordpress.com/2013/02/08/5-menit-memahami-pembenihan-lele-dumbo/

http://www.bibitikan.net/cara-pemeliharaan-telur-dan-larva-ikan-lele/

https://kabartani.com/langkah-perawatan-larva-ikan-lele-dari-penetasan.html

https://www.dunia-perairan.com/2018/09/tahapan-perawatan-dan-penetasan-telur.html

http://www.alamikan.com/2012/05/metil-biru-methylene-blue.html


0 komentar:

Posting Komentar